12

1152 Kata
Dinda terus melangkah maju hingga membuat Intan tersudut dan berhenti di ujung dinding ruangan nya, sementara Dinda sendiri terus mengumpat Intan dan menyebutnya sebagai pelakor. Perusak rumah tangga orang dan dia sendiri lah yang menjadi korbannya, begitu marah dan bencinya Dinda pada Intan saat itu hingga ia terus saja mencaci Intan, sementara Intan sendiri seperti tidak ada nyali lala seorang diri. "Dinda, cukup, berhenti di situ, harusnya lo jangan hanya menyalahkan gue, coba salahin juga itu suami lo, karena sebenarnya yang mencintai gue itu adalah suami lo, bukan cuma gue," ucap Intan yang saat itu merasa tidak terima ketika Dinda hanya menyalahkan dirinya. "Kalau aja lo sebagai wanita nggak gatel, mungkin aja suami gue nggak akan tertarik sama lo Intan, lo kegatelan jadi wanita, makanya suami gue tertarik sama lo," seru Dinda dengan tatapan penuh amarah. "Dinda, jaga ya bicara lo, gue nggak terima lo sebut gue dengan kalimat seperti itu," marah Intan tidak terima. "Kalau lo nggak terima harusnya lo sadar diri dan lo pergi dari kehidupan mas Rehan, dia itu punya anak dan istri Intan, lo harusnya sadar diri, lo masih punya kesempatan buat dapetin pria yang jauh lebih baik dari mas Rehan, tapi kenapa lo rusak semua nya!" Dinda semakin tidak tertahan untuk tidak mengumpat Intan kala itu. Wajah Dinda memerah menahan kemarahan saat melihat kenyataan bahwa wanita yang ada di hadapannya itu telah tega padanya dan juga Arka putranya. Sementara Intan sendiri yang tidak bisa berkata apapun hanya pasrah ketika Dinda memaki dan mencaci dirinya, hingga akhirnya peringatan terkahir keluar dari mulut Dinda, Dinda meminta Intan untuk jangan mendekati Rehan dan memutuskan hubungan mereka, lalu setelah itu Dinda memutuskan untuk pergi dari kediaman Intan. Kepergian Dinda yang sudah puas mencaci dan mengumpat Intan menumbuhkan rasa dendam di hati Intan, hingga membuat Intan memutuskan untuk cepat-cepat menghubungi Rehan sebelum Dinda tiba di rumah. Intan mengadukan semuanya pada Rehan, terkait kedatangan Dinda ke rumahnya, lalu Intan pun meminta Rehan agar datang ke rumahnya dengan rengekan manja. Mendengar kabar bahwa Dinda mendatangi rumah Intan, membuat Rehan sangat marah, ia tidak menyangka jika Dinda berani melakukan itu di belakang nya. Saat Dinda kembali ke rumah, Dinda di kejutkan dengan kehadiran Rehan yang menunggu kedatangannya sejak tadi, Dinda saat itu terlihat gugup ketika Rehan menatap nya dengan tatapan serius. "Dari mana kamu?" tanya Rehan pura-pura tidak tahu. "Mas, kamu belum tidur ya," lirih Dinda melempar senyum, ia gugup saat itu. "Tidak usah mengalihkan pembicaraan Dinda, aku tanya sekali lagi, dari mana kamu! Benar kata Intan, kalau kamu abis ke rumahnya dan kamu menyakiti hatinya?" tegas Rehan kembali mempertanyakan hal itu. Dinda tidak menyangka jika ternyata Intan memilih untuk mengatakan semua ini pada Rehan, suaminya. Tidak percaya jika ternyata ancaman dan peringatan yang ia berikan itu tak di dengar olehnya. Rehan yang saat itu berada dalam kemarahan, memaksa Dinda masuk ke rumah dan memintanya untuk duduk, lalu setelah itu Rehan menatap nanar kedua mata Dinda yang kala itu juga sedang menatap dirinya. "Kau lupa Dinda, kalau kita sudah bersepakat untuk suatu hal, dan kau menyetujui semuanya asal aku memenuhi kebutuhan mu setiap bulannya, tapi kenapa kau memutuskan untuk datang ke rumah Intan lalu menyakiti hatinya, kenapa Dinda!" marah Rehan membentak Dinda. "Mas, aku cemburu. Aku cemburu karena kamu terlalu dekat dengan Intan, aku cemburu karena kau selalu menomor satukan Intan sementara aku dan Arka selalu tersisih," ucap Dinda mengutarakan isi hatinya. "Apa kau lupa kalau itu adalah keinginan mu sebelumnya Dinda? Kau sendiri yang telah menyetujui semuanya, kenapa kau justru melupakan hal itu," sergah Rehan yang tidak mau menerima keluhan dari Dinda. "Mas, aku mencintai mu, aku yang menemani kamu selama ini, di rumah tangga kita sudah ada Arka Mas, aku ingin kita memperbaiki semuanya, apa aku salah." tangis Dinda pecah ketika meminta hal itu pada Rehan. Mendengar Dinda yang justru berbicara seperti itu, membuat Rehan merasa sangat kesal, ia seperti tidak lagi membutuhkan sebuah ungkapan rasa cinta dari Dinda, karena yang ia cintai saat ini adalah Intan. Karena perdebatan yang tidak kunjung usai membuat Rehan memutuskan untuk pergi dari rumah dan menemui Intan, namun kepergian Rehan ditahan oleh Dinda yang tidak rela jika suaminya itu pergi dari rumah. "Mas, kamu mau ke mana, Mas?" tanya Dinda yang menahan pergelangan tangan Rehan. "Aku harus pergi Dinda, aku ingin tahu apa yang kamu lakukan terhadap Intan, karena jika sampai terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan memaafkan dirimu," ucap Rehan penuh ancaman. "Mas, aku tidak menyakiti fisiknya, aku hanya memberikan dia peringatan untuk pergi dari kehidupan ku dan kamu, itu saja," seru Dinda yang kala itu tidak terima ketika Rehan mengancam. "Aku tidak percaya sebelum aku melihatnya sendiri, Dinda." jelas Rehan yang kala itu meninggalkan Dinda tatapan penuh kekecewaan. Kepergian Rehan saat itu tidak dapat dicegah, karena Rehan lebih memilih mencemaskan keadaan Intan dari pada keselamatan rumahtangganya, Dinda hanya bisa pasrah kala itu, karena yang dipikirkan oleh Rehan hanyalah Intan kala itu. Tibanya di rumah Intan, pintu itu sengaja tidak dikunci oleh Intan, ia berpura-pura menangis saat menyadari bahwa Rehan telah datang, dan saat mendengar tangisan Intan membuat perhatian Rehan teralihkan untuk segera menghampiri kekasihnya kala itu. "Intan, bagaimana keadaan mu?" tanya Rehan langsung menghampiri Intan yang sedang duduk di ruang tamu. Intan menoleh ke arah Rehan dengan tetesan air mata seolah itu adalah nyata, Intan juga menambahkan make up di wajahnya agar pipinya terlihat berwarna merah, lalu ia mengatakan bahwa pipinya terkena tamparan dari Dinda, Intan menceritakan seolah Dinda pelaku yang telah berbuat kejahatan padanya. "Mas, Dinda udah nyakitin aku Mas, dia udah siksa aku kayak gini," ucap Intan sambil menangis. Memperlihatkan pipinya yang merah lebam akibat make up yang cukup tebal. "Astaga, jadi dia melakukan ini padamu? Aku tadi memarahinya saat aku tahu dia datang menemui mu, tapi dia bilang katanya dia tidak melakukan apapun padamu," ucap Rehan yang menyentuh pelan pipi Dinda. "Tapi menyatakan seperti ini Mas, kau melihatnya dengan nyata, kan!" tegas Intan memberitahu. Rehan mengangguk pelan, ia merasa kasihan saat melihat Intan yang kesakitan. Ia memeluk Intan dan berjanji bahwa ia akan memberikan Dinda pelajaran, Intan pun tersenyum lega ketika berada di pelukan Rehan, karena mendengar janji Rehan yang akan memberikan Dinda perhitungan. "Kamu tenang aja sayang, aku berjanji padamu, kalau aku akan memberikan pelajaran pada Dinda setelah aku pulang nanti, kamu jangan khawatir ya," ucap Rehan memeluk erat tubuh Intan. "Makasih banyak ya Mas, kamu baik banget sama aku," seru Dinda melempar senyum. "Ya sayang, aku akan melakukan apapun untuk kamu, agar kamu bisa puas dengan pembalasan yang akan aku berikan pada Dinda, aku ada di pihak kamu, yang sabar ya." jawab Rehan membelai lembut pucuk kepala Intan. Saat itu Intan seolah benar-benar merasa puas dengan janji yang diucapkan oleh Rehan, ia kembali mendekap Rehan dan tersenyum padanya. Malam ini Rehan menghabiskan waktu bersama dengan Intan di rumahnya, ia bahkan tidak punya pikiran untuk kembali meskipun sudah larut malam, Dinda menunggu kepulangan suaminya dengan hati yang sangat gelisah, ia menunggu di depan pintu utama dengan berjalan ke sana ke mari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN