“Jangan pergi, Clau.” “Ucapkan sekali lagi.” Jemima mengiba dalam dekapan Semeru. “Jangan pergi.” Semeru patuh mengulang kalimatnya. “Kenapa?” Semeru tak menjawab, namun Jemima bisa merasakan jika dekapan pria itu semakin erat. Jemima memejamkan mata, menikmati dekapan erat itu dan hembusan napas hangat yang menerpa kulit lehernya. Rasanya, dia ingin seperti ini terus. Rasanya benar-benar luar biasa dan Jemima tak sanggup untuk tidak menangis. Dia terisak karena akhirnya, setelah sekian lama dia bisa memeluk Semerunya lagi. “Hei, kenapa nangis?” Semeru yang mendengar Jemima menangis seketika khawatir. Pria itu memutar tubuh Jemima agar menghadapnya. “Kenapa?” tanya Semeru lagi, menangkup wajah Jemima dengan kedua tangannya. Jemima menggelengkan kepala pelan. Disebalik air matanya, di