Back to Naya’s POV Aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Di depanku kosong, Mas Iqbal tidak ada. Aku buru-buru duduk dan mengedarkan pandangan. Benar-benar hanya ada aku di kamar ini. Ketika aku hendak turun, tiba-tiba aku merasa agak mual. Detik itu juga, untuk ke sekian kalinya aku ingat semuanya. Tentang aku yang mendadak jadi istri orang, juga aku yang bahkan sedang hamil. Apa aku sedang mimpi? “Aduh!” Sakit. Rasanya sakit ketika aku menampar pipiku cukup keras. Aku tidak mimpi. Semua yang kualami baru-baru ini benar-benar nyata. Jujur saja, aku merasa senang sekaligus sedih di saat bersamaan. Senang karena aku seperti hidup di negeri dongeng, yakni tiba-tiba ketika aku bangun dari tidur aku sudah menjadi istri dari laki-laki yang teramat kukagum