Malam ini Naya tiba-tiba muntah tidak karuan. Ini pertama kalinya sejak hamil dia muntah sampai seperti ini. Jangankan muntah, mengeluh mual saja sebelumnya tidak pernah. Sejak tadi aku telaten mengurut tengkuknya. Naya sampai menangis karena muntahnya itu tak kunjung berhenti. “Aku lemes ...” keluhnya setelah berkumur dan cuci muka. Aku segera menuntunnya keluar kamar mandi. Kubawakan handuk kecil untuk mengelap wajahnya yang basah. Wajahnya kini terlihat agak pucat. “Tapi masih atau enggak mualnya?” Naya menggeleng pelan. “Enggak.” Aku mengambil air putih di dapur karena kelihatannya Naya haus. Benar saja, begitu aku kembali, dia langsung meneguk satu gelas full. “Aku kalau sakit enggak biasanya muntah-muntah gini,” ujarnya sembari memijit pangkal hidung. “Tapi kamu