Happy reading...
"Cha, temenin saya beli kado yuk!" Ajak gerald pada Icha yang saat ini tengah asik menonton televisi.
"Sendiri aja ah!" Balas Icha yang saat ini sedang tak ingin diganggu karena sebuah acara TV kesukaannya tengah tayang.
Gerald yang tidak suka dengan jawaban sekretarisnya jadi kesal sendiri, dirinya segera ber-iniasiatif mematikan televisi yang remot nya tepat berada dihadapan nya.
Icha menatap ganas bosnya, seraya berkacak pinggang wanita itu berdiri dan mendatangi bosnya.
"Nah, kan kalau TV nya mati saya jadi senang, kamu jadi sering samper saya begini." Ujar gerald dengan kekehannya. Sedangkan Icha, kemarahan nya sudah mencapai ubun-ubun.
Plak!
"Sakit cha, kenapa saya dipukul sih?" Tanya gerald dengan polos seraya mengaduh.
"Bapak pikir selama apa saya bisa nonton TV selama satu tahun! Saya jarang nonton acara itu pak. Tapi bapak dengan gampang merusaknya!" Omel Icha dengan sangat kesal.
"Kan kamu bisa nyalakan TV nya lagi cha, jangan marah ya." Ujar gerald luluh dan merasa bersalah.
"Itu scene terakhir! Kalau bukan mah, dah tadi saya sudah nyalakan TV nya dari pada mengomel sama bapak!" Balas Icha lagi.
Gerald menunduk dalam, dirinya berasa punya istri galak saat ini. "Maafin saya cha, saya pergi sendiri saja." Ucap gerald dengan melas, membuat Icha sedikit tak enak hati karena telah mengomeli sang bos.
Gerald keluar dari pintu kamar hotel, dengan Icha yang berdiri mematung diruang TV. Rencananya mereka akan kembali pulang nanti malam.
"Itu bukan nya ponsel pak gerald?" Gumam Icha sendiri.
Dirinya yang hanya menggunakan daster, segera menyusul bosnya setelah memakai kardigan hitam semangat dengan daster nya keluar hotel.
"Boleh gak mas saya numpang?" Tanya seorang wanita seksi pada gerald.
Icha dengan kesal menghampiri gerald yang katanya sudah melamar dirinya dari beberapa waktu lalu.
Gerald kaget ketika sang sekretaris alias calon istri nya yang cantik jelita menghamburkan pelukan pada nya. Sebari mengangkat alisnya, gerald merasa ada yang berbeda dari sikap Icha. Beberapa detik setelahnya gerald pun menyadari bahwa Icha sedang cemburu saat ini.
"Kata nya mau pergi, ayo aku temenin..." ujar Icha yang entah disengaja atau tidak dibuat semanja mungkin.
Gerald sih bahagia saja ketika mendengar nya, lelaki itu segera mengagguk semangat.
"Gak bisa mba, saya udah punya istri."
Tak sadar wajah Icha memerah.
***
Icha gagal fokus ketika dirinya melihat sebuah gaun indah terpampang di kaca butik langganan mereka disini. Ketika Icha melihat betapa mahal nya gaun itu, Icha hanya bisa menunduk lesu. Ia ingin sekali bertekad untuk bisa membeli nya, tapi sama saja dengan pemborosan.
"Bapak cari hadiah untuk siapa sih, sampai mewah begini?" Tanya Icha penasaran.
"Ada deh, orang nya spesial banget cha. Takut kamu cemburu lagi." Ledek gerald.
"Ambil apa yang kamu mau, sekalian buat nambah koleksi baju kamu." Tawar gerald.
"Yang ini.. bagus pak?" Ujar Icha ragu-ragu ketika menunjuk gaun yang sangat ia inginkan sedari memasuki butik.
Gerald menatap sejenak gaun yang telah dipegang Icha,
"Coba kamu pake." Katanya.
Setelah melihat Icha yang sangat cantik mengenakan gaun itu, gerald segera mengambil nya setelah berbicara pada salah satu pelayan. "Saya ambil yang ini, bungkus dengan rapih."
"Baik pak."
Setelah itu gerald menatap senang Icha, "kamu belum pilih apa yang kamu mau?" Tanya gerald.
"Memang nya gaun yang saya coba tadi itu.. ah ya." Ucapan Icha terputus ketika dirinya merasa ada yang salah pada perasaan nya yang kian terasa sangat sesak.
"BTW, Thankyou udah pilihin gaun nya." Ujar gerald bahagia.
Sungguh, ia sangat menginginkan gaun tadi. Tapi apalah daya, ia kira gerald menyuruhnya memakai itu untuknya, ternyata Icha hanya dijadikan sebagai contoh saja.
'Seandainya harganya gak semahal itu.' Pikir Icha.
Icha anak mandiri yang sedari SMA sampai sekarang tidak pernah menerima uang bulanan dari papanya. Hidupnya hanya dari gaji yang diberikan gerald padanya.
Yang Icha bingung, gaun dengan harga 110 juta itu untuk kenalan wanita gerald yang mana? Karena Icha yakin gaun itu bukan untuk mama atau saudaranya. Jelas style keluarga bosnya dengan dirinya sangat berbeda.
Icha memegang dadanya yang semakin sesak ketika mengingat bosnya yang mengigau nama seorang wanita lain tadi malam.