"Sana pindah pak, saya mau tiduran." Ujar Icha mengusir gerald yang saat ini tengah berada tepat diatas kasurnya.
Tidak ada pergerakan atau pun tanda-tanda gerald akan pindah membuat Icha kesal setengah mati. Dirinya sudah lelah dan capek mau cepet berbaringan lalu tidur.
"Kenapa harus tidur dikasur saya sih?" Tanya Icha dengan nada kesal.
"Udah ngantuk cha serius deh, kamu aja yang dikasur saya." Ujar gerald dengan suara yang serak menahan kantuk juga.
Iche cemberut,
"Ck, yaudahlah!" Ujar Icha yang dilanda kesal.
Sebelum Icha menuju kasur milik gerald, bosnya lebih dulu menarik lengan Icha dengan cepat sehingga Icha berbaring tepat di atas d**a milik sang bos. "Ehm, lepas pak." Pinta Icha yang saat ini sudah sangat dilanda rasa kantuk yang maksimal.
"Tidur saja disini, saya gak akan ngapa-ngapain." Ujar gerald dengan mata terpejam, tak memperdulikan lawan bicara nya yang tengah menahan malu luar biasa.
Icha salah tingkah, begitupun sebenernya yang dirasakan gerald. Hanya saja gerald bisa lebih terlihat staycool.
Mau tidak mau Icha menurut saja, dari pada membantah terus jadi berdebat hingga pagi. Bisa repot pikir Icha.
Pagi harinya, Icha terbangun lebih dulu, setelah melihat wajah tampan bosnya dalam tidur Icha segera bangun dan bersiap untuk mandi setelah itu menyiapkan sarapan roti dan jus untuk nya dan bosnya.
"Pagi Icha sayang...." gombal gerald random.
Sedangkan Icha tersentak kaget ketika melihat gerald yang terlihat tak memakai baju atasan. Tubuhnya hanya dilapisi celana bokser saja.
"Kenapa gak pakai baju?!" Tanya Icha kesal.
"Gerah." Jawab gerald dengan singkat.
"Ck, jangan alasan! Jelas-jelas disini kan pakai AC, sana cepet pakai bajunya." Perintah Icha dengan galak.
"Aduh kamu bisa galak juga toh cha, saya jadi mikir-mikir lagi mau nikahin kamu apa ngga." Ledek gerald pada sekretarisnya.
"Ngomong sekali lagi saya hajar." Tegas Icha kesal.
***
Teng nong...
"Siapa tuh cha yang mampir?" Tanya gerald pada Icha sebari memakan sarapan nya.
Tanpa menjawab, Icha segera mengintip lewat lubang kecil dipintu hotel, mengira-ngira siapa sebenarnya yang bertamu pagi-pagi begini.
Seorang pria asing yang tidak dikenal ada di luar. Tanpa basa-basi Icha membuka pintu nya,
"Permisi, kenalkan saya Reno." Ujar pria asing itu pada Icha.
"Iya, ada perlu apa ya?" Tanya Icha tak kalah sopan.
"Saya boleh pinjam ponsel? Soalnya ibu saya yang sudah tua hilang. Kalau ke resepsionis bisa lama sekali..." ujar pria yang bernama Reno.
Icha nampak berfikir sejenak, tidak ada yang aneh dan mencurigakan pada Reno.
"Ini, tapi gak apa-apakan saya awasin?" Tanya Icha memberanikan diri.
"Tentu, biar saya gak bisa kabur bawa ponsel kamu." Ujar Reno sebari tertawa kecil.
Icha melihat juga mendengar betapa khawatir Reno pada ibunya ketika ia tengah menelpon.
"Siapa si cha? Lama banget buka pintu nya." Ujar gerald dari dalam.
Tak mendengar sahutan dari Icha, gerald pun beranjak keluar menghampiri sekretaris nya. "Pria?!" Gumam gerald ketika melihat seorang pria didepan pintu kamar hotel nya.
Bersama Icha yang tengah menatap lekat pria itu.
"Ck, bikin gondok saja. Baru ditinggal sebentar udah ada yang mau serobot!" Kesal gerald berbicara sendiri.
Terlihat ide dalam pikiran gerald, gerald segera melepas kaos putih nya. Mengacak rambut nya hingga terlihat berantakan lalu menghampiri Icha didepan sebari memeluk wanita itu.
Nampak gerald mencium kecil leher Icha dari belakang dan berujar, "Sayang kenapa lama sekali? Aku udah gak tahan tahu.." ujar gerald dengan lantang namun terdengar manja dikuping dua insan dihadapannya.