Icha bingung dari mana semua karangan bunga ini. Sudah dua minggu Icha dikirimi karangan bunga didepan apartemen kecil yang dua minggu lalu baru disewanya, setiap hari.
"Siapa yang ngirim ya? Apa Ryan?" Gumam Icha pada dirinya sendiri.
Sejak Icha bekerja menjadi asisten dokter hewan di Paris, rekening di banknya jadi bertambah banyak. Belum lagi dokter Ryan yang menawarinya untuk tinggal bersama di apartemennya yang luas dan memiliki banyak kamar disana, tapi sudah pasti Icha akan menolaknya. Walau bagaimanapun sedekat apa mereka Icha tetap tidak pernah nyaman satu atap bersama seorang laki-laki sekalian Gerald.
"Gerald? Apa kabar dia?" Tanya Icha pada dirinya sendiri.
Seminggu kemarin gerald ke Paris untuk melakukan kerjasama dengan pihak asing, seminggunya lagi ia habiskan untuk mengerjai calon istri nya karena sudah lama ia tak menjahili sang kekasih, Icha. Bagaimanapun pertemuan mereka memang diawali dengan sebuah kejahilan, wajar saja jika gerald tidak bisa berhenti mengerjai sekretaris alias calon istri nya.
Tapi kali ini jahil nya sungai romantis, berbagai macam karangan bunga Gerald kirim setiap harinya pada sang kekasih lewat suruhan nya, dan malam ini tibalah waktunya ia yang memberikan nya sendiri.
Masih terpikir oleh Gerald apa yang salah pada dirinya sampai Icha berani bermain kabur-kaburan. Gerald akan mengancam Icha dengan alasan memperkosa nya jika tidak memberitahu alasan nya.
Gerald menunggu jam menununjukan pukul satu malam, menurutnya itulah waktu yang tepat mengunjungi Icha yang pasti sedang ngantuk-ngantuknya. Gerald berencana akan menyelinap masuk kedalam kamar calon istrinya, memang terdengar menyebalkan tapi sungguh gerald rindu sampai mau mati rasanya.
Apalagi ketika tahu bahwa Icha bekerja bersama dengan pria bernama Bryan Peter.
Gerald bingung apa yang harus ia ketik sebagai pasword apartemen Icha, masalahnya ia lupa bertanya perihal pasword apartemen sang kekasih hati. Mencoba tanggal lahir Icha salah, tanggal lahir nya sendiri juga salah. Apa lagi?
"Tanggal lamaran!" Gerald memencet tanggal lamaran mereka, dan akhirnya tersenyum senang ketika tahu benar adanya.
Apa Icha masih mencintainya?
Gerald tertawa ketika melihat begitu penuh karangan bunga didalam apartemen Icha, dari nya sedari dua minggu lalu. Dilihatnya pintu kamar yang terbuka lalu segera menghampiri wanita seksi disana.
"Saya rindu kamu cha" lirih gerald mendekat sebari mengelus pucuk kepala Icha lembut.
Icha merasa ada sebuah tangan yang meraba kepalanya. "Bapak!?" Ujar Icha terkejut.
Gerald tersenyum. "Maafkan saya cha." Ucap gerald lembut seraya memeluk Icha yang baru saja terlihat menangis entah karena rindu atau membencinya yang berani datang mendadak karena berniat menganggunya.
"Bapak kok bisa disini?" Tanya Icha bangun.
"Saya yang harusnya bertanya, kenapa calon istri saya berani kabur meninggalkan saya?"
"Calon istri?" tanya Icha kesal.
Icha membuang pandangannya. "Bapak gausah bohong, bapak terpaksa kan lamar saya? bapak udah punya kekasih kan?" Tanya Icha beruntun.
Gerald tersenyum, ia mulai mengerti alasan icha kabur darinya. "Kamu kok cemburuan sih cha?" Ledek Gerald pada sang kekasih.
"Emang buktinya apa aku udah punya yang lain?" Sindir Gerald lagi.
"Bapak lupa ulang tahun saya, belum lagi gaun yang saya mau- udahlah saya gak mau bahas." Kesal Icha pada calon suaminya.
Gerald mengangguk dan mulai mengerti.
"Kamu yang harus nya bilang aku kalau mau gaun itu, lagian diem aja. Terus cewek itu bukan siapa-siapa kok, percaya deh cuma ada neng Icha dihati Abang." Ledek Gerald sebari mencium kecil pipi Icha.
"Dasar pria gak peka!" Keluh Icha pada Gerald setengah memerah ketika Gerald sempat menciumnya.
"Pulang sana! Kesel deh lihat bapak lagi." Ujar Icha membuang pandangannya lagi.
"Hush! Pamali ngusir calon suami sayang." Ucap Gerald gemas melihat sang kekasih yang terlihat kurusan dari biasanya.
"Lagi bapak bukan nya cari saya dari lama, malah baru sekarang bisa nemuin nya. Kata nya kaya, bisa ngapain aja. Nyari saya aja susah kan?" Sindir Icha lagi.
"Saya itu udah lama bisa nemuin kamu, tebak siapa yang ngirim begitu banyak bunga sama kamu dua minggu terakhir?" Tanya Gerald menyombongkan diri.
"Jangan-jangan..."
"Iya saya, hebat kan calon suami kamu ini? Romantis kan?" Goda Gerald pada Icha sebari memeluk tubuh kecil Icha dari belakang.