Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Jenny masih berada di butiknya dan fokus menatap layar handphone. Sesekali dia mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya pelan sembari berpikir bagaimana caranya bisa menghubungi Novan. “Aku harus memikirkan sebuah alasan yang masuk akal,” pikir Jenny. Jenny bangun dari duduknya dan beralih berjalan ke depan pintu. Dia kembali memikirkan sebuah alasan untuk mengajak Novan bertemu. Otaknya sudah terasa panas. dia terus memikirkan berbagai cara, tapi semua ide yang terlintas terlalu absurd dan tidak masuk akal nagi Jenny. “Ahh... sudahlah sepertinya ini memang akan sulit,” ucap Jenny lirih. Jenny beralih meraih tasnya, mematikan lampu butiknya dan bersiap untuk pulang. Angin malam pun langsung menerpa wajah Jenny begitu dia membuka pintu kaca i