Malam dan Angin

548 Kata

Jenny menggeleng cepat, kemudian segera menarik tangan Ikhsan untuk pergi dari sana. Waktu terasa berjalan begitu cepat. Tanpa terasa matahari kini sudah terbenam. Rupanya Ikhsan dan Jenny menghabiskan terlalu banyak waktu mereka di pusat permainan itu. Ikhsan pun mendesah menatap langit yang menggelap, sementara Jenny hanya tersenyum menikmati angin senja yang kini menerpa wajahnya. “Semua gara-gara mesin capit sialan itu,” ucap Ikhsan. Jenny tertawa pelan. “Udahlah... aku terhibur kok sama aksi kamu tadi itu,” jawab Jenny. Jenny dan Ikhsan kini beradu pandang. Tapi, tak lama kemudian mereka sama-sama mengalihkan pandangannya kembali. “Di sini selalu macet kayak gini, ya?” tanya Ikhsan. “Hmm... iya sih.” “Tapi pemandangannya menarik juga, ya.” Ikhsan memandang deretan lampu kendara

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN