POV Debby
Sudah seminggu semenjak malam aku melakukan hubungan intimm yang panas dan luar biasa dengan Marco. Dia telah mencoba menghubungiku, tetapi aku engabaikan panggilan telepon darinya, hanya karena aku masih malas menanggapinya. Aku tahu betul jika itu pasti membuatnya sangat kesal, karena itu terlihat dari beberapa jumlah pesan teks yang ia kirimkan, isinya hanyalah sebuah omelan belaka. Aku akan menerima panggilannya hanya ketika aku merasa karena aku ingin menerima panggilannya itu. Aku akan mempermainkannya sedikit lebih lama. Aku juga ingin melihat sejauh mana dia bisa bertahan dengan sikapku yang abai. Aku tahu jika suatu saat nanti dia pasti akan menyerah, mungkin tidak sekarang karena ia mungkin memiliki banyak tawaran lain dari para jalangg di luaran sana.
“Hei jalangg ku, dimana kau berada?” aku mendengar Adel memanggilku.
“Aku ada di kamarku b***h. Ternyata kau masih ingat dengan rumahmu b***h” ucapku terkikik saat dia muncul di pintu kamarku.
Aku hampir tidak melihatnya sepanjang minggu karena dia menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan Edward.
“Apa yang bisa aku katakan, pria ku tahu bagaimana caranya agar aku melupakan caraku untuk kembali” ucapnya mengedipkan mata.
“Oh, aku yakin begitu. Apakah aku harus datan malam ini?” ucapku dengan cemberut.
“Ya... ya kau lakukan saja” ucapnya sambil tertawa.
Aku dan Adel sedang menuju keluar untuk melakukan kebiasaan para wanita yang paling aku suka, apalagi kalau bukan pergi untuk bersenang-senang di klub malam. Tapi aku agak malas malam ini, karena tujuan klub malam nya adalah di tempatnya Marco. Sungguh itu adalah tempat untuk menyeret orang suci dan malamnya sang pendosa yang membuat aku harus ikut terseret juga ke tempat seperti itu. Dialah yang merencanakan semuanya, jadi aku tahu kalau dia pasti akan ada disana malam ini. Baiklah tidak masalah, mungkin aku bisa bersenang-senang sebentar disana.
“Apakah kau masih belum menerima atau membalas pesan dari pria malang itu?” tanya Adel dengan terkikik sambil menggelengkan kepalanya.
“Tidak! Malam ini aku akan menebusnya. Mungkin malam ini adalah malam yang tepat untuk melakukan itu” jawabku sambil tersenyum.
“Kau jahat sekali Debby. Kata Edward, Marco menghabiskan waktunya untuk mengeluh dan mengeluh karena dia belum mendengar kabar darimu setelah kau dengan luar biasanya berhubungan badan dengan sangat panas dengannya” uapnya terkikik. “Apa yang kau lakukan padanya? Marco bukanlah tipe pria yang suka ngejar wanita, dia biasanya yang dikejar-kejar oleh para wanita” imbuhnya sambil tertawa.
“Itu karena dia terbiasa dengan apa yang dia dapatkan dari perempuan, bukan perempuan yang tahu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang mereka inginkan” kataku dengan percaya diri.
Adel tertawa sambil menggelengkan kepalanya sebelum dia berjalan pergi meninggalkanku untuk bersiap-siap pergi ke klub malam. Aku pun meraih ponselku lalu memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Marco.
Debby: Hai seksi boy :) kudengar kau begitu merindukan aku. Jika kau sedang dalam keberuntungan, kau akan bertemu denganku malam ini, hahaha..
Aku tidak yakin dia akan membalas atau tidak pesan dariku. Tapi aku yakin jika dia tidak akan bisa mengabaikanku meskipun aku telah mengabaikannya begitu lama. Tak butuh waktu yang lama, ponselku berbunyi dan aku pun tersenyum pada diriku sendiri ketika aku melihat namanya tertera di layar ponselku.
Marco: Apa yang kau inginkan? Dan asal kau tahu, aku tidak merindukanmu, aku kesal padamu.
Aku terkikik geli membaca pesan teks darinya. Aku yakin kalau aku bisa merubah pikirannya.
Debby: Ooh, jadi kau marah padaku? I’m so sorry beib. Mungkin ini akan menebus ke kesalanmu padaku sayang.
Aku menambahkan pesan foto yang sangat seksi tapi tidak aku tampilkan semuanya. Itu hanya untuk sebuah imajinasinya saja.
Marco: sial!! Kau begitu sangat seksi sayang. Aku akan memaafkanmu kali ini. Tapi dengan satu syarat
Debby: ?
Marco: ketika kau tiba di klub, kau harus datang untuk mencariku. Mungkin kita bisa mengulang malam seperti minggu lalu di dalam ruanganku.. di meja mungkin terdengar lebih asyik.
Aku mengerang saat membaca pesan darinya. Saran darina itu sungguh sangat menarik bagiku. Aku tahu itu akan sangat menyenangkan. Aku pun tersenyum lalu membalas pesan sms darinya.
Debby: Mmm.. baiklah kita lihat saja nanti. Omong-omong apakah kau akan memberikanku sebuah goyangan?
Marco: aku akan memberikan apapun untukmu, apapun yang kau mau sayang. Sebutkan saja apa yang kau mau, aku akan melakukannya.
Debby: Aku ingin memelukmu tampan. Baiklah, aku akan bersiap-siap. Sampai berjumpa nanti.
Marco: aku menunggumu sayang, aku akan menempatkanmu di daftar tamu istimewa, berapa banyak?
Debby: benarkah? Terima kasih. Empat.
Marco: baiklah, aku tidak sabar untuk bertemu denganmu. Ketika kau sudah sampai di depan pintu ruanganku, kau beritahu mereka kalau kau adalah tamu istimewaku. Kau beritahukan saja namamu, jika ada masalah kau bisa langsung menghubungiku. Hahaha..
Debby: kau ini.. pasti.. terima kasih.
Aku menyeringai pada diriku sendiri lagi, duduk dan menaruh ponselku ke bawah dan kembali bersiap-siap.
“Kau sudah siap?” tanya Adel saat tiba di kamarku.
“Ya. Ohh b***h! Kau terlihat begitu seksi” ucapku mendengus padanya.
Mungkin dia adalah orang paling berdosa malam ini, dengan memakai gaun berwarna merah terpendek dan paling ketat hingga membentuk setiap lekuk tubuhnya. Aku yakin Edward akan jatuh cinta padanya malam ini.
“Kau juga Princess. Sekarang, ayo kita buat para lelaki menginginkan kita dan buat para wanita ingin menjadi seperti kita” ucapnya dengan percaya diri sambil mengedipkan mata.
Aku memutuskan untuk menjadi orang yang sedikit suci malam ini. Memakai pakaian serba putih seperti malaikat, hanya saja sepasang sayap yang tidak aku punya. Tapi itu mustahil untukku. Aku dan Adel pergi menuju ke klub, tempat kami akan bertemu dengan teman kami yang lain.
“Hei, jalangg dan b***h!” aku terkekeh saat kami berpelukan di dinding.
Begitulah cara kami semua berbicara satu sama lain, itu akan selalu sama. Kami berjalan melewati barisan orang-orang dan langsung menuju ke pintu depan. Semua orang tertuju pada kami dan aku mencoba untuk menahan diri untuk tidak tersenyum. Aku memberikan informasi apa yang Marco ucapkan tadi padaku ke seorang penjaga pintu.
“Selamat datang Nona-nona. Selamat malam. Aku akan memberitahu dia bahwa Nona telah tiba” ucap penjaga pintu sambil mengedipkan matanya pada kami.
“Terima kasih” ucapku sambil mengedipkan mataku juga padanya.
Kami berempat bergandengan tangan, menuju ke klub segera. Marco segera datang ke arah kami, seringai seksi muncul di bibirnya dan itu terlihat sangat seksi. Aku bisa melihat kedua temanku Burney dan Jessica semakin pusing saat Marco mendekat. Aku harus menahan diri untuk tidak memutar mata ke arah mereka begitu Marco berada di depan kami.
“Ladies. Kalian semua terlihat sangat seksi” sapa Marco.
Dia mengerang, matanya menatap kami semua dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Adel memutar matanya ke arah Marco, sementra Burney dan Jessica hanya terekekeh dan menyeringai padanya.
Bagaimanapun tingkahnya, aku tidak pernah memberinya pujian. Perhatian nya pun segera teralihkan ke arahku, melangkah mendekat, lalu tangannya meraih pinggulku, lalu bibirnya membisikkan sesuatu di telingaku.
“Fuckk Beib, kau terlihat beitu sangat seksi. Bisakah aku merobek gaun kecil yang seksi ini dari tubuhmu nanti?” ucapnya mengerang di telingaku.
Aku melenguh saat dia mengucapkan kata-kata itu tepat di telingaku. Dia menarik diri dari telingaku, menggunakan tangannya di pinggulku untuk menarikku mendekat sampai tubuhku menempel pada dirinya, aku dan Marco sama-sama memekik kecil saat secara bersamaan menjadi begitu sangat dekat. Aku pikir itu memberi kami berdua kas balik dari kejadian minggu lalu.
“Apakah kau merindukanku gadis manisku?” tanyanya menggeram padaku.
“Mungkin sedikit, tidak sebanyak kau merindukan aku” jawabku mengedipkan mata padanya.
Dia terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. Dia pindah ke sisiku, tangannya melingkari pinggangku, ujung jarinya
mencengkeram pinggulku, membuat aku merinding di sisinya.
“Malam ini, kalian semua adalah tamu VIP ku nona-nona. Semua minuman yang ada disini aku berikan secara gratis pada kalian semua” ucapnya yang agak terkesan sombong.
“Dan sebagai balasannya?” tanyaku berbisik di telinganya, dan itu cukup keras untuk didengar.
“Ciuman adalah awalan dari imbalan yang baik” jawabnya.
Dia pun membawa kami ke ruang VIP. Semua minuman sudah tersedia di atas meja. Semua orang duduk. Dan aku juga melakukan hal yang sama seperti mereka, tetapi Marc menghentikanku.
“Bukan kau sayang, belum waktunya. Bolehkah aku meminta sesuatu?” kata Marco menatapku.
Aku mengangkat alisku menatapnya, sebagai balasannya dia memberikanku senyuman yang lucu dan terlihat norak. Aku pun mengangguk, berpamitan pada temanku lalu Marco meraih tanganku dan mengajakku pergi. Kami berjalan melewati kerumunan orang. Semua mata para pengunjung pun tertuju padaku dan Marco, terutama para pengunjung wanita yang menatapku dengan tatapan iri.
Kemana dan apa yang akan Marco lakukan? Tentu saja aku akan mengetahuinya setelah aku tiba di dalam ruangan pribadinya nanti. Saat aku dan Marco sudah tiba di depan pintu ruangannya, Marco degan segera menarikku masuk ke dalam ruangannya lalu mengunci pintunya dari dalam. Aku tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk mengucapkan sepatah kata saat tubuhku sudah di dorong ke dinding dan dihimpitnya dengan tubuhnya.
“Kau tidak bisa datang ke sini dengan penampilan seksi seperti ini Debby. Dan berharap jika aku tidak menginginkanmu setelah aku melihatmu” ucapnya menggeram.
“Apa yang akan kau lakukan dengan hal-hal panas itu?” tanyaku menggoda.
“Ini” ucapnya sambil menabrakkan bibirnya ke bibirku, menciumku dengan kasar.
Tubuhku langsung bereaksi padanya, menekan keras ke arahnya, menciumnya kembali dengan cara yang sama. Aku melingkarkan jari-jariku di rambutnya, menariknya dengan kasar, membuatnya menggeram di bibirku. Tangannya mendarat sempurna di bokongku lalu meremasnya dengan kasar, membuatku merintih dengan kencang. Aku merasa diriku mulai kehilangan kendali saat dia mulai menciumku.
Aku pun mendorong dadanya, berjalan mundur, mendorongnya ke sofa yang ada di ruangannya lalu naik ke atas pangkuannya. Aku meletakkan tanganku di belakang di setiap sisi kepalanya. Dia menelusuri ujung jarinya perlahan ke bagian belakang pahaku, meraih bagian bawah gaunku, menariknya ke atas pinggulku. Aku pun mengulurkan tangan untuk membuka celana jeans nya, Marco pun reflek mengangkat pinggulnya, membiarkan aku menggeser celana jeansnya dan celana boxernya turun kebawah untuk membebaskan sesuatu miliknya yang sudah mengeras.
“Kondomm?” tanyaku menghela nafas.
Dia merogoh dompetnya, lalu mengeluarkan satu bungkusan kecil, merobeknya lalu memakainya. Dia mengulurkan tangan, menggeser celana dalamku ke samping, meraih pinggulku lalu membimbingku turun di atasnya. Aku mengerang keras, kepalaku jatuh ke belakang. Itu terlalu cepat, kasar dan terasa semakin sesak karena miliknya yang sangat besar, tapi sialnya itu malah terasa enak. Aku ambruk di atas dadanya, terengah-engah saat kami berdua mencoba mengatur nafas. Itu semua terasa sama enaknya dengan yang terakhir kali kami rasakan.
“Aku bersumpah demi apapun Debby, kau akan menjadi orang yang meruntuhkan pertahananku” ucapnya terengah-engah di telingaku.
“Mungkin, itu adalah rencanaku” ucapku menyeringai lalu menariknya untuk mencium bibirnya. “Aku harus kembali ke teman-temanku dan bergabung bersama dengan teman-temanku nanti?” imbuh ku bertanya.
“Tentu saja. Apa kau tidak akan mengabaikan ku lagi setelah kau mendapatkan apa yang kau mau?” tanyanya
sambil tertawa.
“Mmm.. mungkin nanti setelah kau menjadi milikku. Sampai jumpa Marco sayang” ucapku sambil mengedipkan mataku lalu aku menarik diri dari Marco. Marco seketika langsung merintih karena merasa kehilangan sesuatu.
“Aku menantikannya” ucapnya mendengus kembali.
Aku merapikan diri sebelum aku keluar dari ruangannya lalu kembali ke teman-temanku dan menyeringai seperti orang
idiot.
“Ya Tuhan, kau baru saja habis bercinta dengannya lagi, kan?” tanya Adel sambil terkekeh.
“Mungkin” jawabku sambil menyeringai.
“Dia!” ucap Burney berseru.
“Oh, aku tahu, tapi sialnya dia terlalu berharga. Pria itu tahu bagaimana cara untuk menyenangkan wanita” ucapku terkikik. “Oh aku sungguh tidak sabar untuk kembali pergi bersama dengannya nanti.”