POV Marco
Aku berdiri di bar, menyeringai seperti orang bodoh. Aku berdiri melihat para wanita cantik dan seksi yang ada di klub ku, tapi aku hanya memikirkan satu wanita saat ini. Debby. Ya dia adalah wanita yang memenuhi isi pikiranku saat ini. Aku tidak bisa untuk tidak memikirkan atau mencoba untuk mengeluarkan gadis cantik dan seksi itu dari dalam pikiranku, sejak apa yang terjadi di ruangan pribadiku bahkan itu terjadi sekitar satu jam yang lalu.
Sejak ia memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman nya lagi, aku tidak mendekatinya. Aku hanya memperhatikannya dari jauh, karena aku dibuat sibuk oleh pekerjaanku. Lagi pula dia tidak perlu tahu kalau dia telah menyita seluruh isi pikiranku dan hanya dia yang aku pikirkan saat ini. Yang aku pikirkan saat ini adalah, bagaimana tubuhnya bergerak melawan tubuhku, setiap lekuk tubuhnya, dan bagaimana jari dan bibirku menyapu keseluruh tubuhnya. Shitt!! Aku bisa merasakan milikku mulai bergerak di celana jeansku hanya dengan memikirkannya.
“Kenapa kau menyeringai seperti orang bodoh?” Edward bertanya saat dia muncul di hadapanku.
“Debby” jawabku sambil tersenyum.
“Kau bercinta dengannya lagi bukan?” ucap Edward tertawa sambil menggelengkan kepala.
“Secara teknis dia memang bercinta denganku.. tepatnya di dalam ruanganku” jawabku sambil mengedipkan mata.
“Kupikir kau sudah selesai dengannya. Baru kemarin kau mengeluh tentang betapa menyebalkannya dia, tentang betapa menggodanya dirinya” tukas Edward tertawa.
“Itu kan kemarin. Apa yang bisa aku katakan kalau kenyataan nya aku tidak bisa jauh darinya. Dia selalu membuatku penasaran, ditambah lagi, dia adalah wanita terbaik yang pernah aku miliki” ucapku sambil menyeringai membayangkan wajah Debby.
“Kau akan mengejarnya dengan susah payah sobat. Dia akan mempermainkanmu layaknya sebuah mainan, percayalah.” Ucap Edward tertawa.
“Mungkin, tapi aku rasa itu sepadan. Ku ingatkan lagi padamu Ed. Para wanita tidak pernah mempermainkanku, tapi akulah yang akan mempermainkan wanita” kataku dengan angkuh dan percaya diri.
“Terus saja kau katakan itu pada dirimu sendiri. Nanti jika kau dipermainkan lagi, jangan lagi kau mengeluh tentangnya padaku. Aku tidak akan mau mendengarkan omong kosongmu itu. Omong-omong, apa kau melihat wanitaku?” ucap Edward bertanya sambil tersenyum.
“Entahlah, mungkin dia masih bersama dengan wanitaku dan teman-temannya” jawabku.
Aku mengangguk ke arah ruang VIP, tempat dimana gadis-gadis itu berada. Meskipun Debby tidak ada di situ, tapi aku bertanya-tanya, kemana dia pergi? Aku masih melihatnya ada disana beberapa saat lalu. Aku melihat ke sekeliling, mencoba untuk mencarinya. Aku menyipitkan mataku ke arah lantai dansa saat aku melihat sosok yang tidak asing bagiku. Aku melihat Debby ada disana, tapi dia tidak sendirian. Dia berdansa dengan Damian Ronald, rivalku. Apa yang sedang pria itu lakukan di klubku? Aku sangat membenci Damian dengan seluruh jiwa dan ragaku. Dia adalah manusia menjijikan yang pernah aku temui. Kebanyakan orang berpikir kalau aku menggunakan wanita untuk kesenangan semata. Aku adalah pria yang lebih baik dibandingkan dengan bajingann itu. Dia selalu merasa kesulitan dalam lebih banyak cara dan urusan jika sudah menyangkut hal itu.
Aku mencengkram pinggiran meja bar, amarah telah menguasai diriku. Debby pasti tahu dan juga bisa merasakan kemarahanku saat aku menatapnya. Dia mendongakkan wajahnya, menyeringai padaku saat dia menggoyangkan pantatnya ke arah bajingann itu, bahkan tangan kotor bajingann itu pun sudah berada di tubuh Debby. Sumpah demi apa Debby kembali lagi ke mode jalangnya. Aku memelototinya, menggelengkan kepalaku, dan Debby malah terus menyeringai ke arahku. Apakah dia ingin mempermainkan permainan lagi? Dasar tidak waras!. Aku juga bisa bermain lebih baik darinya. Aku pergi ke salah satu penjaga yang aku pekerjakan di klub ku.
“Jhony, bisakah kau mengeluarkan bajingann itu dari klubku? Dia tidak seharusnya berada disini, lebih tepatnya lagi di klub ku” desisku menunjuk ke arah Damian.
Damian datang ke pesta yang aku adakan. Keluarganya juga sama seperti keluargaku. Kaya raya, terpandang dan dihormati. Dia mendapatkan semua yang ia butuhkan dan yang dia mau karena keluarganya memberikan semua asetnya pada dia. Bagaimanapun juga, seperti yang aku katakan, dia datang ke pestaku hanya untuk merusak suasana dan merusak malam yang penuh dengan kesenangan untuk semua orang, membuat semua yang hadir di dalam acaraku merasa jadi tidak nyaman. I tambah lagi dia mencuri sesuatu dariku, mencuri wanitaku lebih tepatnya. Tak hanya itu, dia mencuri benda milikku. Itu adalah cincin ema padat dengan berlian asli di dalamnya. Cincin itu telah diturunkan keluargaku selama beberapa generasi, harganya hampir setengah juta pound. Aku tidak peduli dengan harganya, perusahaan tempat membuat cincin itu pun aku sanggup membelinya. Aku hanya peduli dengan perasaan yang ada pada cincin itu. Aku ingin menelpon polisi, tapi aku tidak ada cukup bukti untuk melawannya. Tapi aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.
“Tentu saja Tuan Marco” jawab Jhony lalu menuju ke arah bajingann itu.
Aku melihat Jhony mendekati Damian dan Debby, menepuk bahu Damian dan menyuruhnya pergi. Aku melihat mereka berdua sempat berdebat sebelum akhirnya dia pergi dari klubku seperti anak kecil. Debby menoleh ke arahku, menghampiriku dengan tangan di pinggulnya. Aku mengangkat bahu acuh, lalu berpaling darinya untuk kembali ke kantorku mengurus beberapa hal sebelum aku akan menikmati malamku. Aku meraih handle pintu tapi tidak mendapat kesempatan untuk membukanya saat tanganku dicengkram dan ditariknya.
“Apa-apaan itu Marc? Kau mengusirnya atas dasar apa” ucap Debby memprotes tindakan ku.
“Dia adalah laki-laki berengsek, dan laki-laki yang buruk. Kau harus menjauhi laki-laki seperti itu. Kau tahu betul itu, dia tidak seharusnya berada di klub ku” ucapku dengan marah.
“Ya, karen kau adalah pemilik klub ini sialann. Bukankah kau anak orang kaya, karena itu kau bisa bertindak semaumu” ucapnya balik memarahiku. “Kecemburuanmu sungguh sangat menjijikan Marc, tidak seharusnya kau bertindak seperti seorang pengecut” imbuhnya lagi dengan nada penuh kepuasan.
“Aku bukan pencuri keparatt seperti dia” ucapku mendesis.
“Bertingkah layaknya seorang penjilat tidaklah cocok untukmu sayang” imbuhku mengejeknya.
Seketika ak menyesali kata-kataku saat tagannya mendarat di pipiku dengan sangat keras. Itu terasa sangat menyakitkan.
“Kau boleh mengatakan siapapun itu sebagai penjilat, tapi tidak dengan ku! Mulai sekarang kau jauhi aku berengsek!” dia memekik keras ke arahku tangannya hendak melayangkan tamparan lagi tapi tidak jadi karena aku mencekal pergelangan tangannya.
“Kau tahu itu tidak akan terjadi, sweet baby” aku tertawa kecil.
“Ya, dan itu akan semakin membuatku merasa bosan dan muak denganmu sekarang. Kau tidaklah sehebat seperti apa yang kira Mr. William” ucapnya menyeringai sebelum pergi menjauh dariku.
Dia tidak memiliki kesempatan karena aku segera menututi nya, meraih tangannya menariknya ke arahku, membalikkan badannya dan mendorongnya ke dinding. Aku menjepit kedua tangannya di atas kepalanya, mendorong diriku menahannya. Dia mulai terengah-engah.. sedikit terengah-engah.
“Aku tahu itu semua kebohongan besarmu sekarang. Kau tidaklah bosan dan muak denganku, kau masih menginginkanku. Kau ingin aku bercinta denganmu lagi dan lagi kan? Ucapku menggeram, menempelkan bibirku di tengkuk kecil lehernya, menciumnya. “Kau ingin aku bercinta denganmu sekarang bukan?” imbuhku lalu menggerakkan ujung jariku ke paha bagian dalam miliknya.
Dia menelan ludah, membuka kakinya saat aku terus menelusuri kulit pahanya yang telanjangg.
“Apa yang akan kau lakukan jika aku menaikimu disini sekarang?” aku menggeram serak di telinganya. Tanganku sekarang ada dibawah gaun miliknya, mendarat di celana dalamnya. “Apakah kau suka dengan itu Debby?” imbuhku sambil mengecup lehernya.
Aku tahu saat aku mendekatinya, aku bisa merasakan hawa panas naik menjalar di sekitar pahanya.
“Ya!” jawabnya dengan lantang sambil mendorong pinggulnya ke arahku.
“Kau yakin? Maksudku kita melakukannya disini, di hadapan semua orang yang ada disini. Kita pasti akan menjadi bahan tontonan” ucapku menggeram, dan mengusapnya melalui celana dalamnya.
“Ya! Jika kau tidak mau melakukannya maka aku yang akan melakukannya” ucapnya mendesis frustasi.
Aku tersenyum mendekat ke arahnya. Memastikan jika ini tidak akan terlihat dengan jelas apa yang akan kami lakukan. Aku mendaratkan bibirku dengan keras ke bibirnya, menyelipkan tanganku ke celana dalamnya. Membuatnya menggeram saat tanganku yang hangat menyentuh biji yang terselip di tengah-tengah miliknya, menjepitnya di antara jari telunjuk dan ibu jariku.
“Oh s**t!!” ucapnya menggeram keras. Suara geraman nya yang keras membuat milikku mengamuk lagi dari balik celana jeansku.
“Sabarlah sayang, ini tidak akan lama” geramku sambil menggerakkan tanganku ke bawah, jari-jariku meluncur di antara belahan miliknya, menunjukkan betapa sudah basahnya dia untukku.
“Mmm.. kau sudah sangat basah sayang, apakah itu untukku?” Aku mendengus, menatapnya lurus ke dalam matanya.
Mulutnya terbuka untuk menjawabku, aku tidak pernah memberinya kesempatan untuk menjawab. Sebaliknya, aku mendorong dua jariku ke dalam miliknya dengan kasar
membuatnya terkesiap dengan keras.
“Ya!” erangnya di telingaku, kepalanya jatuh ke belakang, mendorong jari-jariku.
Aku menggunakan tanganku yang bebas untuk meraba-raba gunung kembar miliknya melalui gaunnya saat aku menggerakkan jariku keluar dan masuk dari dalam miliknya lagi dan lagi, aku tahu dia sangat suka. Aku bisa merasakan dinding bagian dalam miliknya mencengkram membasahi jari-jariku. Tubuhnya melengkung dari dinding, mendorong jari-jariku lebih dalam lagi ke dalam miliknya. Dia terengah-engah dan matanya pun terpejam menikmati apa yang sedang aku berikan padanya.
“Kau menyukai itu kan little b***h? Juniorku begitu sangat seksi dan menggoda bukan?” ucapku terengah-engah di telinganya, Debby pun mengangguk.
“Harus kau ketahui sekarang Debby. Tidak peduli seberapa banyak pria yang pernah bercinta denganmu, aku yakin tidak ada satupun dari mereka yang bisa melakukannya sebaik aku memperlakukan dirimu. Kau akan terus datang kembali padaku untuk meminta melakukannya lagi. Aku adalah candu barumu, tidak peduli seberapa keras kau menyangkalnya pada dirimu sendiri” imbuhku
Aku mendengar nafasnya menjadi tidak beraturan, kakinya gemetar. Aku menarik jariku dari dalam miliknya, membuatnya membuka matanya dan menatapku. Dia ingin berhenti ketika aku menaruh perhatianku pada biji miliknya, menggosoknya dengan ibu jariku, hanya sesaat sebelum aku mendorong jariku kembali ke dalam miliknya, mengaitkannya. Aku melajukan tanganku tepat ditempat yang aku tau itu adalah pusat kenikmatannya. Dia terengah-engah, kepalanya jatuh lagi ke belakang. Aku menekannya lagi dan lagi. Tangannya mencengkram lengan bahuku dengan erat, lubang kenikmatan miliknya menjepit jari-jariku.
“Ayolah sayang, keluarlah untukku.. keluarlah sekarang” geramku padanya.
Dia membenamkan wajahnya di dadaku, menggenggam milikku saat celanaku menjadi lebih keras dan lebih sensual.
“Yes Fuckk Marc” dia mengerang keras di dadaku. Aku merasakannya keluar di jari-jariku. Aku tidak memperlambat kecepatan ku terus mendorongnya dengan kasar dan membuatnya melambung tinggi kakinya hampir tertekuk dari bawahnya. Aku menabrakkan bibirku ke bibirnya dengan kencang, menciumnya dengan kasar saat dia mencapai puncaknya. Aku menarik keluar darinya, menarik diri dari bibirnya, rengekan pun terdengar dari bibirnya yang bengkak karenaku. Dia menyandarkan tubuhnya ke dindingnya, terengah-engah saat dia mencoba mengatur nafas, mencoba menenangkan tubuhnya yang lemas.
“Yah, sampai jumpa lagi disana seksi. Aku tidak akan mengganggu acaramu malam ini, bagaimanapun juga aku mendapatkan tawaran lain” kataku menyeringai, menuju ke ruanganku lalu menutup pintu dari dalam.
Aku duduk di mejaku tersenyum sendiri. Sekarang dia bisa menjadi orang yang menginginkan lebih dan tidak mendapatkannya. Pengembalian yang sangat menyebalkan, b***h!.