26. Mulai Serius

1366 Kata
POV Debby Aku pikir sisa akhir pekanku dengan Marco berjalan dengan baik, ini sudah 3 hari, dan aku belum mendengar sepatah kata pun darinya. Aku mengirimkan pesan sms padanya sekali, lalu mencoba meneleponnya dua kali, tetapi tidak ada satupun yang mendapat jawaban darinya. Aku memutuskan untuk menyerah, dia jelas sedang memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan. Awalnya aku merasa agak terganggu sedikit, tapi sekarang sudah tidak seberapa mengganggu diriku. Segalanya mulai menjadi terlalu serius, padahal itu hanya perihal seks. “Oh, brengsekk.. brengsekk!!” aku mendengar Adel menggeram terlihat seperti sedang kesal atau mungkin malah sedang marah. Siapa orang yang sedang ia keluhkan sekarang? Sungguh dia adalah wanita yang penuh dengan drama. Aku terkikik, lalu berjalan untuk melihat apa yang sedang terjadi, dan dia ternyata sedang ada di sofa dengan Edward yang  sedang melihat laptopnya. “Apa yang membuatmu sampai terlihat begitu kesal? Apa kau sedang mengeluhkan seseorang?” tanyaku sambil tertawa. “Oh, tidak ada, lupakan saja” jawabnya dengan cepat menutup laptopnya. Itu jelas-sekali kalau dia sedang menutupi sesuatu dariku. Karena aku penasaran, aku berjalan mendekatinya lalu meraih laptopnya. “Debby, tidak ada apa-apa” katanya dengan gugup dan aku memutar malas mataku dan tertawa lagi. Memangnya apa yang akan terjadi? Seburuk apa memangnya? Aku meraih laptopnya, membukanya dan di layar ada Marco dengan beberapa wanita berambut merah yang terlihat begitu menakjubkan di pinggulnya. Wanita itu mengenakan gaun merah yang paling indah, dan Marco tersenyum lebar saat wanita itu menatapnya. Wah! Dia sangat antik. Sekarang aku tahu mengapa dia sampai mengabaikanku. Itu karena dia sedang memiliki seorang wanita yang bergelayut manja di lengannya. “Maaf, sahabatku memang adalah seorang bajingann, Debby.” Edward berkata dengan sedih sambil menatapku. “Kau tidak apa-apa?” tanya Adel terlihat khawatir. “Ya, aku baik-baik saja. Mengapa tidak? Tidak seperti Marco dan aku bersama. Dia sungguh menakjubkan. Semoga saja wanita itu beruntung.” Kataku sambil mengindikkan bahu seperti aku seolah tidak peduli tentang apapun. “Debby, aku tahu kau sedang berbohong. Itu lebih dari antara kau dan Marco, dan kau pun tahu itu. Maaf sayang tapi bisa melakukan hal yang lebih dari itu” ucap Adel sambil memberiku senyuman simpatik. “Adel, sejujurnya aku sungguh tidak peduli dengan mereka. Dia bisa melakukan apa saja dan dengan siapa saja yang dia mau” kataku sambil mengangkat bahu. Aku tahu kalau Adel dan Edward tidak akan percaya pada ucapanku. Aku memberi mereka senyuman,, lalu aku kembali ke dalam kamarku. Itu terlihat jelas bagiku, lebih jelas dari yang seharusnya. Dia setidaknya tahu sopan santun, setidaknya dia bisa mengatakan padaku kalau dia sedang meili seorang tamu atau lebih tepatnya mainan baru, bukannya malah mengabaikanku seperti anak kecil dan membuat diriku mencari tahu tentangnya lewat internet. Bajingann sekali dia! Aku meraih ponselku, mengiriminya pesan terakhir kalinya, sebelum aku menghapus nomornya. Debby to Marco: Kau setidaknya memiliki sopan santun untuk memberitahu aku kalau kau sudah bertemu dengan mainan barumu Marco. Marco: Apa yang membuatmu terlihat seperti sedang cemburu? Cemburu? Dia berpikir kalau aku sedang cemburu? Sungguh muak sekali rasanya. Debby: Tidak! Aku yakin kalau aku tidak cemburu Marco. Aku muak dan kesal bukannya cemburu! Lagi pula, seharusnya aku tidak mengharapkan apapun darimu. Kau pernah menjadi seorang Player, dan akan selalu menjadi seorang player. Kau selalu bersenang-senang dengan kehidupanmu dan aku sangat berharap kalau wanita itu bisa melihat dirimu yang sebenarnya sebelum terlambat. Marco: Apa masalahmu? Ini seperti kau tidak menginginkan diriku. Oh, bukan. Ini tidak seperti kita pernah bersama, jadi mengapa ini bisa sampai padamu? Debby: Apa maumu? Apa maksudnya? Itu semua karena aku benci diperlakukan layaknya seperti mainan. Kau hanya perlu mengirimiku pesan dan mengatakan, hai Debby, aku sedang bertemu dengan seseorang, sepertinya kita harus membatalkan pertemuan kita, atau apalah itu. Kau tahu cara bersikap dewasa kan? Marco: Tidak ada, lupakan apa pun itu perkataanku. Debby: Ok, Fine! Selamat menjalani kehidupan yang menyenangkan dengan mainan barumu. Marco tidak membalas pesan teks lagi setelah itu. Aku tahu kalau aku bereaksi berlebihan padanya, tapi aku juga kesal padanya. Apa maksudnya dia mengatakan kalau aku tidak pernah menginginkannya? Oh, bukan. Dia hanya menginginkan hal yang sama denganku, yaitu hanya sebatas partner seks. Aku membutuhkan seorang pelampiasan. Aku menggilir ponselku, dan mencoba melihat, apakah ada seseorang yang bisa aku jadikan untuk pelampiasan? Aku berhenti pada nama Axel, seorang pria yang aku temui di tempat kerja sebelum Aku dan Marco menghabiskan waktu akhir pekan. Aku mengatakan kepada Marco kalau aku tidak tertarik, tetapi dia tetap saja memberiku nomor ponselnya untuk berjaga-jaga alasannya. Axel sangat tampan dan tampak sangat manis dan menawan pada saat aku menghabiskan waktu yang singkat dengannya.  Mengapa aku mengatakan pada Marco kalau aku tidak tertarik? Bukankah aku berkencan dengan siapapun yang aku mau? Aku berpikir kalau aku punya Marco. Tapi sepertinya dia tidak punya masalah jikalau harus move on dan berkencan. Mungkin aku harus mencoba melakukan hal yang sama sepertinya. Aku membuka pesan teks, memikirkan kata apa yang akan aku kirimkan sebagai pesan sebelum aku benar-benar mengirimkan pesan. Aku tidak ingin terlihat seperti wanita yang sedang putus asa dan malah mempermalukan diri sendiri. Debby to Axel: Hei, ini aku Debby. Kita sebelumnya pernah bertemu di bar tempatku bekerja minggu lalu. Apa kabar? Axel: Oh, hai cantik. Sejak kemarin aku berharap kalau aku bisa mendengar kabar darimu. Kabarku lebih baik sekarang setelah mendapat pesan darimu. Hahaha.. itu terdengar seperti murahan sekali. Bagaimana kabarmu? Debby: Oh, aku minta maaf karena belakangan ini aku sedang sibuk dan ada beberapa hal yang sedang terjadi padaku. Kabarku baik-baik saja, terima kasih. Axel: Omong-omong, mungkin aku sedikit agak memaksakan keberuntunganku dengan menanyakan hal ini dengan cepat. Bolehkah aku mengajakmu untuk makan malam? Aku menghela nafas sambil mengetuk-ngetuk ponselku. Aku bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan kali ini? Haruskah aku menerima ajakannya? Bukankah itu terlihat jahat karena aku mengiriminya pesan karena Aku sedang marah pada Marco? Tapi bukankah aku bisa mencoba dan melihat bagaimana hasilnya, kan? Debby: Ya, tentu saja boleh, mengapa tidak. Axel: Oh, aku sungguh merasa lega sekali. Kau membuatku berpikir kalau kau akan menolak ajakanku, hahaha. Ummm.. bagaimana kalau malam ini? Apa kau ada waktu senggang? Debby: ya, aku memiliki banyak waktu malam ini. Katakan saja waktu dan tempatnya? Axel: 19.00 Restoran Italia, Toni? Debby: kedengarannya sangat sempurna. Baiklah, sampai jumpa disana. Axel: sampai jumpa beberapa jam lagi cantik. Aku menantikannya. Aku tersenyum sendiri sebelum aku memutuskan untuk mencoba mencari pakaian yang akan aku kenakan malam ini. Marco bisa melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Aku melihat-lihat gaunku, aku berharap kalau aku menemukan gaun yang sangat sempurna, karena aku adalah wanita yang berkelas. “Hei, apa kau baik-baik saja?” Aku mendengar Adel bertanya dengan takut-takut dari balik kamarku. “Ya, aku baik-baik saja. Aku ada kencan malam ini. Kau ingat dengan ria yang memberikan nomor ponselnya padaku minggu lalu di tempat kerjaku?” tanyaku dengan tersenyum, dan Adel pun mengangguk. “Ya, aku punya kencan dengannya” imbuhku. Adel menghela nafas, mendekat dan duduk di tepi tempat tidurku. Aku tahu kalau dia ingin mengatakan sesuatu padaku. Aku berbalik dan menghadapnya. “Apakah ini benar-benar ide yang bagus? Debby, kau bertingkah seolah-olah kau tidak merasa terganggu saat kau melihat Marco bersama dengan wanita lain. Tapi aku sudah mengenalmu cukup lama dan itu tidak benar sama sekali. Kau merasa kesal karena kau menyukainya” kata Adel. “Adel, sejujurnya aku tidak peduli kalau dia ingin berkencan dengan siapa, ingin melakukan apa. Aku dan dia tidak memiliki hubungan yang khusus selain sekss di antara kita berdua. Kau tahu kalau itu tidak akan berubah sampai kapanpun.” kataku duduk di sebelahnya. “Kau tahu itu semua omong kosong, tapi setelah mengetahui dia melakukan itu semua padamu, aku tidak menyalahkanmu kalau kau sampai berkencan dengan orang lain” kata Adel sambil tersenyum kecil padaku. “Kalau dia bisa berkencan dengan orang lain, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama seperti dia? Sekarang, bisakah kau menolongku untuk menemukan gaun yang sempurna untukku malam ini?” kataku sambil tersenyum. “Ya, tentu saja” jawab Adel bersemangat. Gadis itu sungguh sangat senang jika sudah berurusan dengan pakaian. Setelah beberapa waktu kami mencarinya, akhirnya Aku dan Adel menemukan pakain yang sempurna untuk malam ini. Aku tidak akan membiarkan Marco mendekati diriku lagi. Aku akan pergi dimulai pada saat ini dan aku akan menikmati diriku sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN