7 Tahun Kemudian
"DEBBY KEMEJA YANG NAVY MANA??"
"UDAH AKU SIAPIN DI TEMPAT TIDUR!!"
"DASINYA MANA YANG SENADA??"
"SEKALIAN DIATASNYA TADI"
"NGGA ADA!"
"ADA!! CARI DULU YANG BENER JANGAN LANGSUNG TERIAK-TERIAK!!"
"UDAH KETEMU BELUM??"
"UDAH"
Debby menghembuskan nafasnya kasar plus kesal.
"MAMAAHH!!"
apa lagi, Astagaaa, "KENAPA??"
"KAOS KAKI ISLA YANG WALNA PUTIH MANA? KATA BU GULU HALI SENIN NDAK BOLEH PAKE YANG WALNA WALNI!!"
"KAN UDAH MAMAH SIAPIN DI SAMPING SEPATU NAK"
"SEPATUNYA DIMANA MAMAH??"
"DI SAMPING PINTU SAYANG!!"
"IYA MAMAH UDAH KETEMU, JANGAN TELIAK-TELIAK!!"
“Lah?? Sabar ... Sebentar”
"Mba ke atas aja Mba, biar bibi yang lanjut nyiapin sarapannya ke meja" Ujar Bi Ningsih yang sedari tadi kaget juga geleng-geleng kepala melihat keluarga yang setiap pagi harus teriak-teriak.
"Iya Bi, saya ke atas dulu"
"Mba nanti selesai siapin sarapan saya izin keluar yah mau beli sayur didepan"
"Tukang sayur yang mangkal di depan itu, Bi?"
"Iya"
"Yaudah iya Bi, ngga papa" Debby menaiki tangga menuju kamar dua manusia yang sedari tadi membuatnya kehilangan stok kesabaran. Ia memilih memasuki kamar anaknya dulu.
"Udah siap belum?" Tanya Debby pada gadis kecil kesayanganku ini.
"Tinggal Mamah iketin lambutnya Isla, Mamah" Jawabnya yang baru saja selesai memakai sepatu.
"Yaudah sini duduk depan Mamah"
Dengan telaten Debby menyisir rambut panjang anaknya, kemudian menguncirnya menjadi dua dan lanjut di kepang.
"Udah cantik, pake bedak dulu"
"Mamah yang pakein" Isla menyodorkan bedak bayi kearahnya.
Setelah selesai dan sedikit merapikan seragam anaknya, Debby mencium gemas pipi bulat putrinya ini.
"Kamu turun dulu yah ke meja makan, Mamah mau liat Papahmu dulu"
Isla mengangguk, "Iya Mamah, Papah tadi teliak-teliak telus kaya anak kecil"
"Iya makannya mau mamah marahin, gih kamu kebawah dulu"
"Oke Mamah"
Isla Mengambil tas gendong dengan gambar kartun Frozen kemudian berjalan keluar kamar, kaki mungilnya melangkah menuruni tangga. Membuat kedua kepangan rambutnya bergoyang-goyang seperti ekor kuda.
Cklek
"Isla udah siap?"
"Udah di meja makan" Debby berjalan menghampiri suaminya kemudian tanganya bergerak memasangkan dasi.
"Teriak-teriak nyariin dasi tau-taunya belum dipake" Gumamnya ngedumel.
"Aku buru-buru banget sayang, ada metting pagi malah telat bangun"
"Salah siapa minta jatah sampe jam 2. Udah tau mau ada metting"
"Yee itu kan kebutuhan,ngga bisa di tinggalin" Balasnya sambil meringis menunjukan cengirannya.
“Jas nya dipake sekalian Mas"
"Nanti aja dikantor"
"Nanti ngga rapi, buruan dipake"
"Iya iya. Kamu semenjak Isla masuk SD jadi bawel yah"
"Karena kamu juga jadi ngeselin. Udah tau anaknya banyak tingkah gitu, kamunya ikut-ikutan kaya anak kecil"
Marco hanya tertawa kemudian tangannya terulur untuk mengusap pipi istrinya. "Karena aku juga mau dapet perhatian dari kamu"
"Udahlah buruan kebawah"
"Iya"
Tak butuh waktu lama untuk mereka menyelesaikan sarapannya. Sekarang sudah waktunya Papah dan Anak kelas satu SD itu berangkat.
"Nanti pulang dijemput Om Jackson ya, langsung ke rumah aja jangan minta ke kantor Papah" Ucap Debby.
"Iya Mamah" Setelah menyalimi punggung tangan Mamahnya dan mencium kedua pipi dan bibir sang Mamah, Isla berjalan keluar rumah menuju mobil.
"Aku nanti pulang sekitar jam 3 an Sayang, ada survei dulu"
Debby mengangguk kemudian menyalimi punggung tangan suaminya.
"Kalo mau keluar bilang dulu"
"Iya"
Marco pun sama, mencium kedua pipi dan bibir istrinya terlebih dahulu. Yang jelas dengan sedikit lumatan.
"Aku berangkat, See you sayang"
"See you, sayang"
Debby mendudukan pantatnya di sofa ruang tengah. Saatnya menghirup oksigen banyak-banyak. Kalau anak dan suaminya sudah berangkat rasanya sedikit lega. Debby menyenderkan kepalanya di sandaran sofa dan memejamkan matanya untuk sedikit menenangkan pikirannya.
Cklek
"MAMAH!!!"
“Perasaan baru ambil nafas, Tuhaaaan” Gumam Debby kesal.
"MAMAAH GAMBAL BUNGANYA ISLA KETINGGALAN!!" Teriaknya sambil berlari memasuki rumah.
"Tuh kan Mamah bilang apa? Disiapin dari semalem"
"AMBILIIIN MAMAHH!! JANGAN NGOMEL-NGOMEL DULU"
"Iya Mamah ambil"
Debby berjalan menuju kamar sang putri untuk mengambil gambar bunga anaknya itu. Sampai di pertengahan tangga hendak turun, kembali terdengar teriakan saling bersahutan.
"CEPETT MAMAH!!"
"BENTARR!!"
"ISLA!!"
"BENTAL PAPAH"
"UDAH BELUM? NANTI KAMU TELAT"
"UDAH INI PAPAH"
"ISLA BELANGKAT MAH, I LOVE YOU MAH"
"I LOVE YOU TOO SWEETY"
Tarik nafas Tahan Hembuskan
Cklek
"APA LAGII?" Teriak Debby yang masih di berada di depan pintu.
"Kenapa Mba?" Tanya Bibi kaget sekaligus bingung.
"Eh Bibi, saya kira Isla balik lagi"
Si Bibi malah tertawa sambil berjalan menuju dapur.
Debby POV
Udah tau kan keseharianku sekarang? Nah itu. Semenjak Isla masuk Sekolah Dasar, setiap pagi rumahku sebelas duabelas sama pasar. Aku kasih sekilas info yah.. Si bawelnya Papah Marco itu sekarang usianya 6 tahun 9 bulan, jadi 3 bulan lagi si bocil bakal ulang tahun. Tapi sampai sekarang Isla ngga bisa ngucap huruf 'R'. Kenapa? Ribet katanya. And... Sejak Isla bisa belajar bicara, Aku juga disuruh Mama buat biasain paggil Marco dengan embel-embel 'Mas'. Kenapa? Bunda said
"Anak yang baru bisa ngomong itu apa aja diikutin. Biasain panggil Marco 'mas' kalo ngga mau anak kamu ikut-ikutan"
Yaudah lah aku nurut aja. Daripada nanti anak aku ngga nurut. Yakali nanti si Isla panggil Papahnya "Vell ... vell" Anak Lucknut emang .
***
"GOOD ATELNOON, Mamah" Teriaknya sambil memasuki rumah.
"Mamah mana?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Ndak ada olang toh?" Kaki mungilnya melangkah ke dapur, namun tidak mendapati siapapun.
Tak ingin menagis, kemudian dia menuju atas ke kamar Mamahnya. Hasilnya nihil. Kamar Mamahnya kosong, tidak ada siapapun.
"MAMAHH INI ISLA NYA UDAH PULANG LOH. MAMAHNYA MANA??" Teriaknya.
"Mamah huwaaaa" Runtuh sudah. Akhirnya si bawel menangis juga.
"Mamah mana ya Tuhan"
"Maapin Isla kalo nakal, tapi Mamahnya mana ya Tuhan"
"Hikss..hikss..hikss.."
"Sayang, loh kok nangis??" Tanya Debby terkejut mendapati anaknya berada di kamarnya sedang menangis.
"Mamah ... hiks" Isla mengulurkan tangannya minta digendong.
Debby duduk dipinggiran kasur, kemudian mengangkat tubuh putrinya dan diletakan dipangkuannya.
"Anak Mamah kenapa nangis ini??" Tanyanya sambil mengusap pipi gembul anaknya.
"Isla nya pulang sekolah loh- tapi mamahnya ngga ada dilumah. Isla cali dapul mamahnya ndak ada juga-telus Isla ke kamal Mamah juga ndak ada-Isla nakal toh Mamah pelgi tinggalin Isla nya--hiks.." Jelasnya masih dengan sesenggukan.
"Mamah dari rumahnya Aldo, sayang" Ucap Debby.
"Napain Mamah?" Isla mengalungkan tanganya dileher sang mama.
"Nganterin kue. Mamah baru bikin kue tadi sama Bibi, cobain yuk" Isla mengangguk semangat.
"Ganti baju dulu yah"
"Iya Mamah"
Drrtt..drrrt...
"Eh bentar, Papah kamu video call ini sayang"
"Jangan bilang Isla nangis ya Mamah" Debby tersenyum lalu mengangguk.
Ponsel Debby langsung dipenuhi wajah tampan suaminya.
"Hallo, Papaah" Ucapnya antusias sekali.
"Waalaikumsalam, hallo anak Papah"
"Hallo Papah. Papah udah makan?"
"Belum sayang" "
Makan dulu, Papah. Bial Papa ndak sakit"
"Iya nanti Papah makan"
Lah? Orang masih jam 10 masa makan siang? Di'iya in aja, biar anaknya diem.
"Ini kenapa belum ganti baju? Kok malah dipangku-pangku sama Mamah. Lagi manja yahh??"
"Ndak papa toh, ini mamahnya Isla" Balasnya tak mau kalah.
"Papah disini bau-bau orang abis nangis loh. Coba jujur, siapa ni yang abis nangis? Mamah apa Isla?" Isla menggaruk pipi gembulnya yang tak gatal, kemudian menoleh ke arah Mamahnya.
"Emang olang nangis ada baunya ya Mah?" Tanyanya berbisik tapi masih bisa didengar Marco diseberang sana.
"Coba tanya sama Papah" BalasDebby.
"Duh ngga ada yang mau jujur nih??"
"Olang nangis ada baunya yah papah?" Tanyanya bingung.
"Ada dong. Apalagi yang nangis Isla atau Mamah, pasti ketauan banget baunya"
"Isla yang nangis" Ucapnya jujur.
"Bohong nih, pasti Mamah yang nangis. Masa anak Papah cengeng sih??" Ledek Marco.
"Mamah ndak nangis Papah, benelan. Isla yang nangis. Tadi Isla pulang sekolah tuh, Mamahnya ndak ada di lumah, Isla cali-cali ndak ketemu"
"Trus nangis?"
"Iyalah Papah. Isla nya sedih loh, Isla nya sayang sama Mamahnya. Mamahnya pelgi, ya Isla nya nangis lah. Kata Bu Gulu belalti Isla belpelikemanusiaan"
"Iya Bu guru iyaaa"
"Kamu tadi kemana sayang?" Tanya Marco.
"Papah tanya siapa sih? Sayang? Papahnya sayang siapa??"
"Papah tanya sama Mamah"
"Belalti Papah sayang Mamah? Ndak sayang Isla yah??"
"Ya sayang dong. Maksudnya kan tadi Papah lagi tanya sama Mamah"
Isla hanya mengangguk-angguk.
"Dijawab Mamah, itu Papahnya tanya" Ucapnya pada sang Mamah.
"Aku dari rumah Aldo Mas, ngantrerin kue. Trus liat Aldo udah pulang aku langsung pulang. Malah liat anak kamu lagi nangis" Jelasnya.
"Isla anaknya Papah?"
"Anak kamu juga, Debb" Ujar Marco.
"Iya iya, mana bisa aku bikin sendiri"
"Hahha. Yaudah, Papah tutup dulu yah sayang-sayangnya Papah"
"Oke Papah. Jangan lupa makan"
"Siyap nyonyah"
Panggilan terputus.
"Hayuk ganti baju" Ajak Debby.
"Ay ay Mamah"
"Mamah" Panggilnya
"Kenapa sayang?"
"Isla pengis es klim"
"Katanya mau cobain kue buatan Mamah?"
"Mmmm.. kue nya ada coklatnya ya Mah?" Tanya Isla yang sudah menghampiri sang Mamah di dapur.
"Ada dong. Warnanya juga coklat"
"Mau Mah"
Debby mengambilkan kue dan menyiapkannya di piring,lalu membawanya ke ruang tengah.
"Enak Mamah" Ucapnya.
"Iya dong"
"Nanti besal, Isla belajal bikin kue sama Mamah"
"Oke"
Debby tersenyum melihat putrinya yang pipi gembulnya sudah ceremot dengan coklat.
"Mamah" Panggilnya membuat Debby tersadar.
"Kenapa?" Tanya Debby sambil mengusap pipi gembul anaknya.
"Mamah cantik"
Cup
"Ihh nakall yah" Isla memcium pipi Debby dengan kondisi bibirnya yang belepotan.
"Mamah cantik. Tambah cantik kalo kena coklat" Ucapnya polos sambil meledek.
"Isla juga cantik" Balas Debby.
"Iya. Kata Papah, Isla itu kaya Mamah, jadi kalo Isla cantik ya pantes lah, kan Mamahnya cantik banget"
"Ih anak Mamah belajar gombal yah sama Papah?" Debby menjawil hidung mancung putrinya.
"Gombal itu apa Mamah?" Isla menggaruk pipi gembulnya, bingung.
"Coba tanya Papah kamu nanti"
Isla mengerucutkan bibirnya kesal.
"Mamah pelit"
"Loh itu kue nya juga Mamah kasih ke kamu loh. Berarti Mamah baik ngga pelit" Ledek Debby membuat Isla tambah jengkel.
"Sayaaaaaanng ..." pangggil Marco yang baru pulang.
"Iya, sayang"
"Loh kok cemot semua, Papah ngga jadi cium lahh" Ucap Marco lalu duduk disamping Debby.
"Papah, gombal itu apa?" Tanyanya Isla.
"Hah?"
"Kata Mamah, Isla belajal gombal sama Papah, gombal itu kaya apa?" Tanya Isla yang sudah nangkring di pangkuan Marco.
"Gombal itu kalo Papah ngomong terus Pipi Mamah kamu merah. Berati Papah gombalin Mamah" Jelas Marco sambil membersihkan wajah putrinya.
"Ndak tau lah, ndak ada di pelajalan Isla kan Pah?"
"Ngga ada. Udah ngga usah dibikin pusing"
Isla mengagguk lucu lalu mencium permukaan wajah Papahnya.
"Papah mau mandi dulu yah, kamu sama Mamah lagi"
"Ay ay Papah" Balasnya sambil hormat.
Marco yang gemas lantas mencium ujung hidung mancung putrinya.