Tidak jauh dari lokasi kediaman Tiara ada penjual makanan yang berjejer di pinggir jalan. Dari mulai makanan berat, atau hanya cemilan khas malam. Saat melewati penjual bubur kacang hijau, langkah erdo terhenti. “Kamu benci bubur kacang hijau?” tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari bibirnya. “Tidak. Kenapa? Aku masih sering memakannya.” Tiara tidak berbohong, ia masih sering menikmati bubur kacang hijau walaupun ada momen yang tidak mengenakkan dengan makanan tersebut. “Dulu, kamu pernah minta dibelikan bubur kacang hijau tapi aku nggak beli, malah uangnya dipakai untuk kumpul bareng temen-temen.” Edo tersenyum samar, terlihat jelas penyesalan di wajahnya. “Aku nggak akan benci maknanya, hanya benci momennya aja sih.” Tiara tersenyum. Tiara kembali melangkah, menuju penjual nas