6. Teman baik

1042 Kata
“Proyek baru lagi nih! Asik, nambah-nambah uang jajan.” Tiara menoleh dengan tatapan datar dan berdecak sebal pada sosok lelaki yang masih mengenakan apron hitam di tubuhnya. Lelaki yang memiliki lesung pipit di kedua sisi wajahnya itu hanya tersenyum manis, sambil mengedipkan satu matanya. “Biar bisa jalan-jalan, Ti. Sumpek di dapur terus.” Lanjutnya, membawa semangkuk mie ramen kesukaan Tiara. “Jalan-jalan yang dimaksud kamu itu ke Eropa, ke Dubai sama ke tempat-tempat mewah lainnya. Nggak sama dengan jalan-jalan versi aku yang hanya sebatas Ancol dan ragunan.” “Kalau diajak nggak pernah mau sih, alasannya sibuk terus.” Reno, lelaki itu duduk di samping Tiara. “Aku emang sibuk. Sibuk memperkaya diri.” Balas Tiara, sambil meniup uap panas dari mie yang sudah tidak sabar ingin segera dinikmati. “Makasih loh, udah rekomendasikan restoran aku lagi sebagai catering untuk acara pernikahan nanti.” Reni mengambil proposal dari tangan Tiara. “Kapan ketemuannya nih?” Tanyanya lagi, sebab belum ada kata sepakat antara kedua belah pihak. Baru perkenalan dan promosi singkat yang ditunjukkan Tiara saja pada klien. “Nggak tahu, tunggu pihak mereka kasih kabar.” Balas Tiara dengan mulut penuh. “Aku ada proyek lainnya, lebih besar dan pastinya sangat menguntungkan untuk kamu. Biar bisa jalan-jalan ke kutub Utara kayak artis itu,” “Siapa? Seru banget kalau musik menikah kayak gini, cuan ngalir terus.” Reno terkekeh. Beberapa bulan dalam satu tahun memang kerap terjadi musim menikah. Tidak hanya Jawa WO saja yang mengalami peningkatan yang cukup pesat, juga pihak catering seperti usaha yang dijalani Reno. Sama seperti TRW, restoran Reno pun sudah memiliki nama yang lumayan populer, beberapa kali ia pernah bekerja sama dengan artis-artis ternama ibu kota, salah satunya selebriti sekaligus selebgram ternama Isyana. Untuk acara penting seperti perayaan tujuh bulan kehamilan sampai acara ulang tahun sang putri, Kiandra, semuanya memercayakan Star catering milik Reno. “Anaknya Madam Ida,” Kening Reno mengerut. “Bukannya anak Madam sudah menikah semua dan tinggal di luar negri?” Karena beberapa kali pernah terlibat kerja sama, Reno mulai mengenal Madam dan juga kehidupan pribadinya, salah satunya tentang anak-anak Madam yang sudah berkeluarga dan memilih tinggal di luar negri. “Iya,” Tiara mengangguk. “Anak mana lagi?” Reni terlihat penasaran. “Anak sahabatnya,” Lelaki itu menganggukkan kepalanya. “Oh pantesan, kalau anak kandung nggak mungkin soalnya udah menikah semua.” Tiara menghabiskan mie ramen dalam waktu singkat. Ia benar-benar lapar, setelah nyaris seharian mengurus persiapan pernikahan Rima. Mungkin karena dia adalah salah satu klien penting untuk Madam, persiapannya pun jadi lebih extra dengan banyak pertimbangan yang membuat Tiara lelah. “Madam dan aku menyarankan catering dari sini saja, selain bisa kembali kerja sama, juga karena kamu sudah sangat paham bagaimana keinginan kita. Si calon pengantin setuju, tapi emaknya yang nggak setuju.” jelas Tiara. “Emaknya sedikit aneh dan bikin jengkel, beberapa kali omongannya terkesan ngajak ribut.” “Mungkin punya masalah di hidupnya, tapi malah kamu yang jadi pelampiasannya.” Tiara menghela lemah. “Biasanya ibu calon pengantin tuh super baik, kali ini judesnya minta ampun. Kayak punya dendam belum kelar gitu.” Reno terkekeh saja. “Masa sih?” Tiara mengangguk. “Serius. Bahkan dia terkesan selalu mencari celah kesalahanku.” Tiara menyandarkan punggungnya di sofa. “Berharap dengan sikapnya seperti itu kerjasamanya batal aja.” “Kenapa?” Reno mengamati wajah Tiara dengan seksama. “Tumben banget minta batal, padahal kamu termasuk orang yang ambisius banget. Suka tantangan.” Selidik lelaki itu. “Semuanya nggak ada masalah, aku nggak peduli alasan ibu itu membenciku.” “Lalu, kenapa berharap batal. Bukankah saat berhasil menyelesaikan satu proyek besar kamu akan kebagian bonusnya juga?” Tiara mengangguk. Kerja keras yang selalu sebanding dengan hasilnya. Madam tidak pernah pelit memberikan bonus dalam jumlah yang cukup besar setiap kali proyek berjalan lancar dan mendapatkan respon baik dari klien. Tapi kali ini Tiara benar-benar tidak bersemangat, bukan hanya karena Dena, tapi juga mungkin mantan mertuanya nanti. “Bonusnya pasti cair, tapi bukan itu yang jadi permasalahannya.” “Apa dong?” Reno semakin penasaran. “Calon suami dari pengantinku adalah mantan suamiku dulu. Ayah kandung Davina.” Tiara menoleh, menatap ke arah Reno dimana lelaki itu terkejut dengan mulut menganga “Mulutnya ditutup, nanti kemasukan laler.” Tiara menarik satu tangan Reno, menutup mulutnya yang masih terbuka. “Lucu sekali bukan hidupku ini. Setelah sekian lama nggak bertemu, setelah aku melewati jatuh bangun untuk kembali bangkit, tiba-tiba aja kami dipertemukan lagi dengan situasi seperti ini.” Tiara menghela dan tertawa pelan. “Die mempercayakan pernikahan impiannya padaku, setelah menghancurkan rumah tangga impian yang aku harapkan dulu.” Reno masih belum bereaksi, membuat Tiara berdecak kesal. “Aku tuh mau curhat, buka mau lihat orang kayak patung gini.” Tiara memukul pundak Reno. “Ini beneran? Kamu lagi ngeprank, kan?” Akhirnya Reno kembali bicara. “Beneran, aku aja berharap semua ini mimpi. Tapi ternyata fakta yang ada di depan mata.” Tiara terkekeh. “Nggak tahu harus sedih atau ketawa, tapi rasanya mau gila aja.” Ia tertawa, tapi Reno tahu hatinya benar-benar terluka. “Hai wanita kuat.” Reno mengusap puncak kepala Tiara. “Jangan sedih dong.” Reno tersenyum, “Skenarionya memang terkesan lucu, tapi sadar atau nggak, mungkin semua ini adalah cara untuk kalian menyelesaikan masalah yang terjadi selama ini. Misal, lelaki itu tidak tahu anaknya lahir, bisa saja pertemuan kali ini bikin dia sadar, bahwa Davina berhasil lahir ke dunia ini dengan baik. Selain itu, mungkin juga ini adalah fase baru untukmu, agar tidak mengharapkan lelaki itu lagi. Dia bukan Edo yang dulu, dia adalah Edo yang sekarang, yang sudah mempunyai kehidupan baru.” Tiara menatap dalam ke arah Reno. “Semudah itu, ya?” “Mungkin, tapi aku yakin kamu bisa. Semangat dong!” Tiara tersenyum. “Nggak tau ah! Pusing banget kepalaku.” “Mau es krim? Aku buat es Krim stroberi kesukaan kamu, mau coba?” Tiara mengangguk. Satu kap es krim memang tidak lagi bisa merubah suasana hatinya, tapi itu lebih baik. Reno dan eskrim adalah satu paket lengkap yang selalu ada disampingnya saat dunia dianggap tidak adil. Tiara bersyukur memiliki Reni, satu-satunya teman yang dimilikinya. Lebih baik memiliki satu teman yang benar-benar tulus daripada banyak teman yang hanya memanfaatkan saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN