Bab 2. Menemukan Gadis Itu

1123 Kata
Di sebuah ruangan kantor seorang CEO Mahardika Grup, Alan Mahardika yang memimpin perusahaan yang bergerak di bidang investasi sedang menandatangani dokumen ketika asisten pribadinya masuk ke ruangan untuk menyampaikan hal yang penting. “Kami sudah menemukannya, Pak. Gadis yang bersama Bapak di kelab malam lima tahun yang lalu sudah ditemukan.” “Baik, tolong antarkan saya ke sana.” Ferdi–asisten pribadi dari Alan mengantarkannya ke sebuah rumah kos tempat tinggal perempuan yang akan mereka temui. Perempuan itu ditemukan setelah menjual sebuah jam tangan dengan harga yang sangat mahal. Lima tahun yang lalu, setelah berhasil menggagahi seorang gadis dengan paksaan, Alan menyesal dan memberikan jam tangannya pada gadis itu. Penyesalannya semakin bertambah setelah dia tahu jika gadis itu ternyata masih perawan. Dengan perasaan sangat bersalah dia ingin menebus kesalahannya pada gadis itu. Eka yang mengalami kesulitan uang setelah usahanya mandek dengan terpaksa harus menjual sebuah jam tangan yang dia dapatkan dari kelab lima tahun yang lalu. Selama ini jam tangan itu dia simpan dengan baik karena tidak tahu harga jam tersebut. Dia mendapat banyak uang setelah menjualnya untuk biaya hidupnya. Pintu kamar kos Eka diketuk. Dia pun segera membuka pintu lalu muncul seorang pria tinggi dan tampak penuh kharisma, tetapi terlihat dingin masuk ke kamar kos Eka. Dia datang bersama asistennya. “Tolong simpan jam tangan ini. Jangan pernah kamu jual lagi. Setelah ini kamu akan dijemput dan dibawa ke sebuah tempat tinggal yang lebih baik. Aku akan menebus kesalahan yang sudah aku lakukan padamu lima tahun yang lalu. Asisten saya yang akan mengurus semuanya. Alan memberikan jam tangannya pada Eka. Perempuan itu terkejut melihat kedatangan pria itu. Dia tidak menyangka jika pria yang waktu itu memperkosa Bella bukanlah seorang biasa. Dari penampilannya sangat terlihat. Dia pun menjadi penasaran dengan sosok pria itu. “Baiklah.” Kemudian, Alan meninggalkan tempat itu, Eka yang merasa penasaran lalu memberanikan diri untuk bertanya pada Ferdi siapa pria itu sebenarnya. “Dia adalah Alan Mahardika, pimpinan Mahardika Grup.” Eka terkesiap. Pria itu orang yang sangat kaya. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan akan menjadi Bella di hadapan Alan. Perempuan itu akan bersiap untuk dijemput dan dimanjakan dengan kekayaan yang dimiliki oleh Alan. Saat kembali ke mobil, Alan berpikir tentang Eka, dia merasa perempuan itu tidak sama dengan perempuan yang menangis lima tahun yang lalu. Namun, karena saat itu Alan tidak sadar, dia tidak bisa mengenali perempuan itu dengan baik. Pada malam harinya, Alan mendatangi kediaman keluarga Mahardika, saat itu sang nenek sangat ingin bertemu dengannya untuk menyampaikan sesuatu. “Kamu harus menikah dengan anak dari perempuan yang telah menyelamatkan hidupmu sewaktu kamu masih kecil, Alan.” Alan bukan tidak mau menuruti kemauan neneknya, dia memiliki perempuan lain yang harus dia jaga karena sebuah kesalahan. Namun, dia tidak bisa menceritakan kejadian itu pada sang nenek. “Baik, Nek, akan aku pertimbangkan keinginan Nenek.” “Aku tidak mau kamu menikah dengan perempuan lain. Hanya dia yang akan menjadi cucu menantuku.” Sementara itu di tempat lain, Bella tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta. Dia sudah kembali dari luar negeri. Namun, Bella tidak sendiri, dia datang bersama seorang anak kecil dan itu adalah anaknya bernama Hadi. Kini, Bella sudah menjadi desainer tas yang sukses dan memiliki uang. Dia dikirim dari luar negeri ke sebuah perusahaan produsen tas di Indonesia. Perempuan itu merasa senang, tetapi juga merasa sedih jika mengingat kejadian sebelum dia meninggalkan tanah air yang sangat menyakitkan. Perempuan itu hampir mengakhiri hidupnya saat tahu jika dia hamil anak dari pria yang sudah merenggut kehormatannya, tetapi anak dalam kandungan Bella telah menguatkannya sehingga dia bisa terus bertahan dan berjuang untuk membesarkan anaknya sendirian. Mereka tiba di sebuah apartemen yang diberikan perusahaan untuk tempat tinggalnya bersama Hadi. Bella membiarkan anaknya bermain saat dia sedang merapikan apartemen dan menyusun pakaian dan barang-barang milik mereka. Bella sudah terbiasa hidup berdua dengan anaknya. Setelah kejadian pada malam itu, dia mengalami trauma sehingga tidak memiliki keinginan untuk dekat dengan seorang pria, memiliki pacar atau menikah. Yang dia inginkan adalah membesarkan anaknya dan memberikan pendidikan terbaik untuk Hadi dan menikahkannya suatu hari nanti. Keesokan harinya, Bella mencari sekolah TK di dekat tempat tinggal mereka untuk Hadi. Dengan menyekolahkan anaknya, Bella bisa bekerja dengan tenang. Perempuan itu menemukan sebuah TK yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Di sana juga terdapat tempat penitipan anak sehingga Bella bisa menitipkan Hadi di sana sebelum dia menjemputnya pulang ke apartemen. Bella mengurus pendaftaran sekolah anaknya dan membayar semua biaya yang dibutuhkan. Dalam waktu beberapa hari ke depan dia akan mulai bekerja di perusahaan yang baru. Saat Bella tengah memasak makan siang untuknya dan Hadi, pintu apartemennya diketuk. Perempuan itu bergegas membuka pintu. Di sana ada seorang pria berpakaian rapi dengan pria tinggi lainnya yang memakai jas. “Apakah benar ini tempat tinggal Bella Wiratama?” tanya pria itu dengan sopan dan ramah. “Iya, benar. Ada siapa, ya?” “Saya adalah wakil dari keluarga Mahardika. Ada hal penting yang akan kami sampaikan, apa kami boleh masuk?” Bella mengizinkan dua pria itu masuk walaupun dia kurang suka dengan kedatangan mereka. Keduanya duduk di sofa ruang tamu. Saat itu Hadi sedang bermain di kamarnya. “Apa yang akan Bapak sampaikan pada saya?” “Saya mewakili keluarga Mahardika, ingin membalas budi atas pertolongan ibu Anda. Tolong temui nenek saya." Bella masih ingat saat dia berusia lima tahun, mamanya meninggal dalam sebuah ledakan mobil. Saat itu mama dari Bella sedang pulang dari bekerja di sebuah rumah sakit. Dia melihat kecelakaan mobil. Orang pertama yang dia selamatkan adalah seorang anak kecil dan itu adalah Alan. Setelah membawa Alan ke tempat yang aman, ibu dari Bella kembali ke mobil itu. Namun, naasnya mobil itu meledak dan di sana juga ada orang tua Alan. Saat itu mama dari Bella dan orang tua Alan meninggal di tempat. Gadis kecil itu merasakan kesedihan yang mendalam sejak kejadian itu. Papanya sempat terpukul dan menyebabkan perusahaan yang dia kelola terpuruk dan butuh usaha lebih keras untuk membangunnya lagi. “Maaf, tapi saya tidak bisa menerima apa pun yang akan diberikan oleh keluarga Mahardika untuk membalas kebaikan mama saya dan saya juga tidak bisa menemui Nyonya Mahardika.” Bella menolak itu semua karena dia merasa keluarga Mahardika tidak perlu melakukan apa pun untuk membalas budi pada sang mama. “Tapi, keluarga kami harus melakukan itu.” Alan sangat bersikeras untuk membalas budi. “Tidak perlu dan sekarang silakan tinggalkan tempat ini. Saya tidak butuh apa pun dari keluarga Mahardika.” Kedua orang pria itu meninggalkan rumah Bella dan berjanji akan kembali lagi menemuinya untuk membalas budi. Saat dua orang itu sudah berada di luar pintu apartemen, Hadi menemui Bella. Mereka pun akhirnya tahu jika Bella sudah memiliki anak. Di mobil Alan memerintahkan Ferdi untuk mencari tahu tentang Bella dan anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN