“Zayyan!” Azuraa pun kaget dengan tingkah putranya itu, tapi dia juga merasa lucu melihatnya. Emran memegangi matanya yang terkena lemparan, dia menarik napas dalam-dalam. “Ya, maaf. Mungkin kamu dendam karena Papa baru muncul sekarang sejak kamu lahir ke dunia!” ucapnya. Azuraa terpaku mendengar itu, dia hanya bisa diam dan menunduk ketika Emran menoleh dan tersenyum padanya. Berusaha untuk tetap bersikap wajar dan fokus pada makan siang Zayyan. “Mau apa kau kesini? Aku tidak mau terjadi salah paham di mata orang lain!” ucap Azuraa, sikapnya kembali kaku. Emran terdiam, dia memperhatikan saja ketika Azuraa menyuapi Zayyan makan. “Apa tidak ada kesempatan kedua untukku, Zuraa? Kita bisa menjadi keluarga seutuhnya dan membesarkan Zayyan bersama-sama,” ucap Emran. Azuraa bingung haru

