Azuraa mendengus, dia lalu beranjak ke ruangan lain dengan membawa salah satu gaun sampel itu. Emran tersenyum geli melihatnya, dia lalu menunggu dengan santai di kursinya. Hingga tak lama kemudian, Azuraa kembali muncul dengan gaun itu. Begitu pas membentuk tubuhnya yang proporsional dan tinggi semampai. “Eh, aku bisa minta tolong?” katanya ragu seraya berdiri membelakangi. Emran mengerjap sesaat melihat penampakan punggung mulus itu di hadapannya, sejenak mengenyahkan niat nakal yang melintas di pikirannya. “Kenapa?” tanyanya. “Aku tak bisa meraih resletingnya,” sahut Azuraa. Emran pun berdiri di belakangnya, terlalu dekat sampai Azuraa menahan nafas merasakan hembusan nafas hangat Emran menerpa kulitnya. Dia terkesiap ketika ujung jari Emran menyentuh permukaan kulitnya, entah dis

