Rami telah terkurung di ruang bawah tanah selama tiga bulan lamanya. Hari-harinya berlalu dalam gelap, dingin, dan penuh kehampaan. Awalnya, dia mencoba melawan, berteriak, memohon, bahkan menangis hingga air matanya kering. Namun, suara jeritannya hanya memantul di dinding batu yang dingin, tidak ada jawaban, tidak ada pengharapan. Waktu terasa berjalan begitu lambat, seperti jarum jam yang seolah berhenti bergerak. Dia akhirnya menyerah. Tidak ada lagi semangat untuk hidup. Rami memutuskan untuk berhenti makan dan minum. Tubuhnya yang dulu kuat perlahan-lahan menjadi rapuh. Tulang-tulangnya semakin terlihat, kulitnya kusam, dan matanya kehilangan kilau kehidupan. Dua minggu setelah keputusannya, tubuhnya benar-benar menyerah. Rami meninggal dunia dalam keadaan lemas, sendirian di ruang