Farah terkejut saat pesan itu muncul di layar laptopnya. Om Maven, sosok yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman, mengiriminya pesan singkat yang tak biasa. Dengan jantung berdebar, ia membaca instruksi tersebut. Hotel Bintang, kamar 1789. Tanpa pikir panjang, Farah segera menyimpan berkas-berkas di laptopnya dan bergegas meninggalkan kantin kampus. Rasa penasaran bercampur ketakutan menyelimuti pikirannya saat ia menuju lokasi yang dimaksud. Saat memasuki lorong hotel, langkah Farah semakin lambat, seolah kakinya berat dan enggan bergerak. Ia berhenti sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian. Dengan napas yang berat, ia akhirnya sampai di depan pintu kamar 1789. Suara desahan samar terdengar dari balik pintu, membuat Farah semakin gugup. Ia mengetuk pintu, tangannya gemetar. "Masuk,