Farah sedang membersihkan meja di sudut ruangan ketika suara lonceng di pintu kafe berbunyi. Ia menoleh dan matanya langsung membelalak. Ibu. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu, menatap ruangan dengan sorot mata yang menyapu setiap sudut kafe. Ada ekspresi dingin dan sedikit remeh di wajahnya, sesuatu yang sudah Farah kenal sejak kecil. Farah mengusap tangannya pada celemeknya, mencoba mengatur napas. "Ibu? Kenapa datang ke sini?" Ibu tidak menjawab langsung. Dia berjalan mendekat dengan langkah perlahan, tatapannya jatuh pada pakaian yang dikenakan Farah—seragam pelayan kafe. Dengan alis terangkat, ibu akhirnya berbicara, suaranya tenang tapi penuh penilaian. "Jadi ini pekerjaanmu? Pelayan kafe?" Farah menelan ludah. "Iya, Bu. Aku kerja di sini sambil kuliah." Ibu mendengus