“Cepat Farah! Saya mau kamu puasin milik saya sekarang. Sekarang kamu pegang milikku sayang, dan mainkan dengan jari juga mulut kamu sayang.”
Farah menelan salivanya, matanya menatap sendu pada Maven, kenapa lelaki itu tidak memberikan persyaratan yang lain padanya. Misalnya; Farah menjadi Office Girl di perusahaan Maven seumur hidup. Farah melakukan pekerjaan itu, asalkan dirinya–
“Kenapa diam Farah? Kau mau saya jual saja pada teman-teman saya hmm?” Maven memegang dagu Farah.
Farah merasa seperti dunianya runtuh saat mendengar perkataan Om Maven yang ingin menjualnya pada teman lelaki itu. Dia merasa panik dan takut, air mata mulai mengalir tanpa henti di pipinya. Farah menggelengkan kepala dengan keras, menolak keras tawaran Om Maven.
"Jangan, Om. Tolong, jangan," desis Farah dengan suara lirih, namun penuh dengan ketakutan.
Om Maven hanya tersenyum sinis, matanya penuh dengan nafsu. Dia menatap Farah dengan penuh keinginan, lalu berkata dengan suara menggoda, "Kalau begitu, Farah. Bagaimana kalau kau memuaskan penisku sekarang juga? Jika tidak, aku akan jual kau pada temanku."
Farah terdiam, tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia merasa seperti dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Namun, ketakutan yang menghantui dirinya membuat Farah akhirnya menurut. Dia meraih p***s Om Maven dengan gemetar, lalu mulai menggerakkannya perlahan.
Om Maven menutup matanya, menikmati sentuhan lembut tangan Farah yang begitu pandai. Memuaskan penisnya hanya dengan tangan kecilnya saja.
Farah merasa terkejut ketika Maven tiba-tiba menghempaskan tangannya dari p***s Maven. Dia merasa takut dan terkejut dengan tindakan keras yang dilakukan oleh pria itu. Farah mencoba untuk melawan, tetapi Maven menarik rambutnya dengan kasar dan memaksakan penisnya masuk ke dalam mulut mungil Farah.
Air mata Farah menetes tanpa henti saat dia merasa penuh kehancuran. Dia merasa harga dirinya hancur ketika Maven terus memaksa dirinya. Farah menatap Maven dengan tatapan penuh kebencian dan keputusasaan.
"Kenapa kau melakukan ini padaku, Om Maven?" Farah berteriak dengan suara yang penuh dengan rasa sakit dan keputusasaan.
Maven hanya tersenyum dengan penuh kepuasan. "Kau tahu betapa saya menginginkanmu, Farah. Kau sudah saya bayar Farah!"
Farah mencoba untuk menolak, tetapi Maven terus memaksakan dirinya. Dia merasa hancur dan terluka oleh tindakan pria itu. Dia merasa seperti tidak ada tempat untuk berlindung dari kekejaman Maven.
"Maafkan aku, Farah. Aku tidak bisa menahan diri lagi," kata Maven dengan suara yang penuh dengan nafsu.
Farah hanya bisa menangis dan merasa hancur oleh perlakuan Maven. Dia merasa seperti tidak ada harapan lagi baginya. Dia merasa seperti tidak ada cinta yang tersisa di dunia ini.
Farah menangis tersedu-sedu, air mata bercampur dengan cairan s****a yang masih hangat di wajahnya. Maven memandangnya dengan tatapan penuh kepuasan, senyum puas terukir di wajahnya.
"Jangan menangis, sayang. Kau tahu bahwa kau adalah pemuas hasratku, bukan?" ucap Maven sambil mengusap pipi Farah lembut.
Farah menatap Maven dengan tatapan penuh kebencian, namun ia tidak bisa berkata-kata. Hatinya hancur, merasa seperti sebuah objek yang hanya digunakan untuk memuaskan nafsu b***t Maven. Tetapi dia memang pemuas hasrat, karena telah dibayar oleh Maven.
Maven melanjutkan, "Kau cantik, Farah. Dan kau tahu betapa aku memuja kecantikanmu. Kau adalah milikku, dan aku akan selalu memastikan bahwa kau puas dengan apa yang aku berikan padamu."
Farah merasa mual mendengar kata-kata Maven. Ia ingin melawan, ingin menolak perlakuan keji yang Maven berikan padanya. Namun, ia merasa terjebak, terperangkap dalam lingkaran kekuasaan dan nafsu b***t Maven.
Maven mencium bibir Farah dengan penuh gairah, mencoba meredakan kemarahan yang membara di dalam diri Farah. Namun, Farah menolak ciuman itu dengan keras, menolak untuk menyerah pada keinginan Maven.
Maven yang melihat Farah menolak ciumannya.
PLAK!
Tiba-tiba Maven menampar pipi Farah dengan keras. Farah merasakan rasa sakit yang menusuk hatinya. Dia merasakan air mata mulai mengalir di pipinya kembali.
"Tolong, Om. Jangan lakukan ini padaku," bisik Farah dengan suara lemah.
Maven hanya tertawa. Dia meraih rambut Farah dengan kasar dan menariknya dengan paksa. Farah merasakan rambutnya ditarik dengan keras, membuatnya semakin merasakan rasa sakit.
"Lepaskan aku, Om. Aku akan membalas ciumanmu," ucap Farah dengan suara gemetar. Penuh ketakutan, meminta Om Maven untuk melepaskan dirinya.
Maven menatap Farah dengan tatapan penuh nafsu. Dia meludah di depan wajah Farah, membuat gadis itu semakin merasa jijik.
"Kau memang tidak bisa menolak ciumanku dan sentuhanku Farah. Karena kau harus sadar, dimana tempatmu berada. Kau sudah menjual tubuhmu ini padaku sayang.”
Tangan Maven kembali meremas p******a Farah, membuat Farah memejamkan matanya. Dan menahan tangis karena perbuatan yang dilakukan oleh Om Maven— suami tantenya sendiri.