Selamat Pagi J*lang kecil

1006 Kata
Farah turun ke bawah, melihat Tante Rami yang menyiapkan sarapan. Ahhh, wanita itu kalau sedang di rumah. Dia selalu menyiapkan sarapan. “Farah! Ayo, duduk. Kamu ada jam kuliah pagi?” Tanya Tante Rami, menyuruh Farah untuk duduk. Farah berjalan mendekati Tante Rami, lalu dia duduk di depan Tante Rami dengan senyuman manisnya pada wanita yang berumur tiga puluh tahun itu. Yang sudah menikah dengan Maven selama lima tahun. Tapi belum memiliki anak. “Kamu mau apa?” Tanya Rami pada Farah. Farah mendengar pertanyaan Tante Rami mengambil nasi goreng ke dalam piringnya. Mata Farah masih melirik tantenya itu, ia merasa bersalah pada tantenya, karena dia telah bermain di belakang tantenya bersama dengan Om Maven. Semalam Farah terus dipaksa untuk memuaskan kejantanan Om Maven. Om Maven bahkan tidak mengingat Tante Rami yang tidur di kamarnya, malah menjelang jam empat subuh Om Maven baru keluar dari dalam kamar Farah. “Kamu kenapa Farah? Kayaknya lemes banget. Kurang tidur? Masih sakit? Kalau masih sakit. Nggak usah masuk kuliah hari ini. Kamu minta izin saja. Lagian kesehatan itu penting Farah, kamu tahu, kalau Tante itu jarang di rumah. Kalau kamu tiba-tiba sakit saat Tante nggak di rumah. Siapa yang rawat kamu? Nggak ada.” Ucap Rami penuh kekhawatiran. Farah menatap sendu, dan menghapus air matanya dengan cepat. Wanita sebaik Tante Rami, begitu tega sekali Farah menyakitinya, dengan meminjam uang pada Om Maven dan lelaki itu meminta imbalan tubuh padanya. Seharusnya Farah memberanikan diri kemarin meminta tolong Tante Rami dan menceritakan semua masalahnya pada Tante Rami, sehingga Farah tidak terjebak dalam hubungan terlarang bersama Om Maven. “Farah! Farah! Farah!” “Hah? Iya! Tante?!” Farah terkejut ketika Tante Rami menepuk pundak Farah dan memanggil Farah berulang kali. “Kamu kenapa? Ngelamun? Kamu beneran nggak sehat. Udah sana, kamu tidur lagi setelah ini. Itu lihat mata kamu, kayak sayuh banget loh. Kamu semalaman nggak tidur? Kalau kamu sakit malam tadi, kamu bisa bangunin Tante dan Om kamu. Kami bakalan bawa kamu ke rumah sakit.” Omel Rami duduk di tempatnya. Farah tersenyum sendu, dia memang tidak tidur semalaman. Karena Om Maven yang datang ke dalam kamarnya lalu Om Maven meminta Farah untuk memuaskan kejantanan milik lelaki itu. “Farah tidak mau mengganggu istirahat Tante sama Om. Lagian Farah ada kuis hari ini, jadi, harus pergi ke kampus. Tidak mungkin Farah meninggalkan kuis hari ini.” Kata Farah, yang tidak berbohong. Karena memang benar, kalau ada kuis hari ini. Yang tidak bisa ditinggalkan oleh dirinya. “Ada apa sayang?” Rami dan Farah melihat pada Maven yang baru bergabung di ruang makan. Maven mencium bibir Rami sekilas, lalu duduk di samping Rami. Mata Maven menatap ke arah Farah. Ia menyeringai sembari menjilat bibirnya penuh sensual. “Ini loh sayang! Farah! Dia itu lagi nggak enak badan, itu kamu lihat matanya sayu banget loh. Aku udah larang dia untuk ke kampus. Mending istirahat di rumah aja. Tapi dia nggak mau. Dia ini memang rajin sekali sekolah dari dulu sampe sekarang. Bahkan Farah rela bekerja demi bisa kuliah. Luar biasa sekali, keponakan aku ‘kan?” Tanya Rami memuji Farah. Maven mendengarnya mengangguk, untuk yang satu ini. Maven memang memuji Farah seperti yang dikatakan oleh Rami. Bahkan Farah masih berjuang untuk pendidikannya. “Mungkin ada yang nggak boleh dilewatkan hari ini. Kalau kepala kamu masih sakit, kamu minta izin saja nanti Farah. Telepon Pak Dirman, suruh jemput kamu.” Ucap Maven, bagaimanapun gadis di depannya ini. Tidak boleh sakit, karena hanya dengan mulut dan tangan Farah semalam, membuat dirinya menjadi ketagihan, apalagi v****a Farah yang dia masuki secara kasar dan hentakan begitu keras. Uhhmmm! Pasti tambah nikmat dan Maven yakin, kalau dirinya pasti tidak mau berhenti untuk menyentuh Farah. Farah mengangguk kaku. Lagian, walau dia sakit pun. Lebih baik Farah beristirahat di ruang kesehatan kampus dibanding pulang ke rumah. Karena Farah, tidak mau pulang ke rumah, lalu dia berdua saja di rumah dengan Maven, sehingga Maven memanfaatkan situasi. Tubuh Farah menegang, kaki Maven kembali membuat ulah. Lelaki di depannya menggerakan kakinya perlahan di kaki Farah. Membuat Farah menelan salivanya kasar dengan apa yang dilakukan oleh Maven padanya. Farah tidak boleh mendesah, yang akan membuat tantenya curiga kalau dia mendesah terus. “Nah! Benar apa yang dikatakan oleh Om kamu Farah. Kalau kepala kamu masih sakit, kamu nanti telepon Pak Dirman saja ya, untuk jemput kamu.” Ucap Rami. Farah mengangguk, dengan cepat menghabiskan makanannya. Lalu Farah mendorong piringnya yang sudah kosong menjauh dari depannya. “Farah pergi dulu Tante.” “Tunggu!” Farah yang mau berjalan keluar dari dalam rumah. Menghentikan langkahnya, ketika Rami berucap dengan lantang pada Farah. “Iya, ada apa Tan?” Tanya Farah pada Tante Rami. “Kamu bareng sama Om kamu saja. Sayang, kamu antar Farah ke kampus ya.” Ucap Rami tersenyum manis pada suaminya. Farah mendengar apa yang dikatakan oleh Tante Rami menggeleng. Dia tidak mau pergi dengan Om Maven. “Tidak usah Tante. Aku pergi sendiri aja, tidak usah!” Farah berucap begitu panik. Tidak mau bersama dengan Maven. “Sudah! Kamu jangan tolak untuk bareng sama Om kamu, lagian cuman anterin kamu aja sebentar ke kampus, dan tidak ada salahnya antar kamu sebentar saja.” “Benar apa yang dikatakan oleh istri saya Farah. Lagian hanya mengantar kamu sebentar bukan? Istri saya tidak mau terjadi sesuatu pada keponakan kesayangannya. Sehingga dia menyuruh saya untuk membawa kamu sekalian. Ayo, kita pergi sekarang Farah.” Ucap Maven menyeringai pada Farah. Farah menelan salivanya, dan melihat Tante Rami yang tersenyum begitu manis sekali. Mengibaskan tangannya, menyuruh Farah untuk pergi bersama lelaki yang semalam Farah pegang kejantanannya dan mengoral dengan mulut Farah. Farah harus terjebak juga satu mobil dengan Om Maven. Tante Rami, hanya tidak mau semua yang terjadi. Farah dengan berat mengikuti langkah Om Maven dari belakang. Lalu ia menatap pada pintu mobil Om Maven. Tangannya bergetar membuka pintu mobil Om Maven, lalu masuk ke dalam mobil Om Maven. “Pagi jalang kecilku.” Sapaan Om Maven, meremas p******a Farah yang masih tertutupi oleh baju. Tubuh Farah terperanjat dan semakin takut apa yang terjadi selanjutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN