Sasi menatap Yudistira dengan mata sayu dan pipi memerah. Bibirnya terbuka, menarik napas dari sana lalu mengembuskannya perlahan. Jantung Sasi berdetak dua kali lipat, terlebih saat Yudistira merobek bungkusan kondom dengan cara menggigitnya sambil membalas pandangan Sasi dari balik bulu matanya. Saat Yudistira memasang dan menorong dirinya pada Sasi, mereka meleguh bersamaan. Yudistira tidak bergerak, melainkan menunduk dengan menumpukan kedua tangan di sisi wajah Sasi. “Kenapa selalu menangis?” tanya Yudistira lirih, sebelah tangannya perlahan mengusap lelehan air mata Sasi. “Apa saya terlalu kasar?” “Bukan, Daddy ...” Sasi memejam sambil terengah, rasa geli menghampiri seolah perutnya dihinggapi ribuan kupu-kupu. “Itu karena ... aku terlalu menyukainya. Maksudku, kamu terlalu ... heb