Sambungan telepon baru saja terputus. Arini menurunkan ponselnya kemudian menoleh pada Aleeza. Jika Arini masih terihat menjaga mimik mukanya, maka berbeda dengan Aleeza. Wajah putih mulus tanpa jerawat maupun bekasnya, terlihat memerah. Bahkan jelas sekali kalau kemarahan Aleeza sebentar lagi akan tumpah. “Leeza, Mama rasa ini percakapan paling singkat yang pernah kami lakukan.” “Masih bisa Mama bicara setenang itu setelah mendengar kata-kata Mama Ratih?!” tukas Aleeza dengan suara naik beberapa oktaf, kedua tangannya saling mengepal di atas paha. “Lihat! Kekhawatiranku sebelumnya terbukti! Memang pengasuh Liam itu benar-benar licik! Dia pasti memakai cara keji sampai Mama Ratih berubah pikiran!” Arini langsung mengusap pundak putrinya untuk menenangkan. Tidak lama kemudian terdengar k