8. Mengakhiri Sandiwara Pernikahan

1026 Kata
“Tidak usah pusing, Mas! Cukup talak dan ceraikan aku sekarang juga!” “Semuanya harus tetap seperti arahan ayahku!” Sambil terus menunduk dan menutupi tubuh polosnya menggunakan selimut, Ayana yang masih duduk selonjor di tempat tidurnya, mengambil keputusan. Tentang dirinya dan Atlantis yang justru menjalani malam pertama mereka, layaknya suami istri nyata. Padahal harusnya, mereka tak lebih dari pasangan dadakan yang menjadikan pernikahan sebagai formalitas. Sisanya dan harusnya hari ini, harusnya mereka bercerai. Kemarin malam tak lama setelah masuk ke dalam kamar, semuanya terjadi begitu saja. Dari Atlantis dan Ayana yang sama-sama tidak bisa mengontrol diri. Serta, hujan deras yang mengguyur dan sangat mendukung terjadinya hubungan intens penuh gairah, antara Ayana dan Atlantis. “Sementara mengenai apa yang telah terjadi kepada kita malam kemarin. Biarlah itu jadi rahasia kita karena itu tidak ada dalam rencana kita.” “Aku akan tanggung jawab, Ayana. Kita akan tetap melanjutkan pernikahan kita!” “Mas tidak perlu melakukannya, Mas! Aku tidak butuh tanggung jawab Mas. Aku akan fokus bekerja seperti rencana awalku!” Ayana yang masih berucap tegas kemudian juga berkata, “Aku capek ... aku bosan hidup miskin. Aku akan berkarier dan sebisa mungkin mengangkat derajat orang tuaku.” “Kita selesai, ... sekarang kita masing-masing. Aku tidak mau melanjutkan hubungan ini!” Ayana mantap dengan keputusannya. Mendengar penjelasan Ayana barusan, Atlantis yang duduk membungkuk di lantai, memunggungi dipan kasur Ayana berada, refleks tercengang. Terbangun sambil mendekap Ayana, sementara tubuh mereka sama-sama polos di bawah selimut sama saja, sudah membuat jantung Atlantis seolah rontok. Namun kini, Ayana meminta hubungan mereka berakhir. Fakta bahwa mereka telah melakukan hubungan yang membuat mereka melepas lajang, tak membuat Ayana berpikir untuk melanjutkan hubungan. “Warga sudah tahu, bahkan percaya bahwa aku dinikahi pria berada. Pria berada yang jauh lebih baik dari mantanku yang sebelumnya telah menghinaku, berikut menghina keluargaku, habis-habisan.” Bukan hanya perceraian yang Ayana bahas. Karena kemudian, Ayana juga mengabarkan bahwa hari ini juga, Ayana akan merantau ke kota. Ayana akan berkarier, agar bisa mengangkat derajat keluarga. Istri dadakannya itu berdalih bosan hidup miskin. “Apakah karena aku miskin? Bagaimana jika aku justru benar-benar kaya, ... Ayana?” tegas Atlantis sambil tetap menunduk, menjaga pandangannya dari Ayana. Ia melakukannya karena ia sangat menghargai Ayana. “Aku tidak peduli kekayaanmu. Aku tidak peduli pada status sosial siapa pun, termasuk status sosial kamu, Mas!” ucap Ayana. “Kini, yang paling penting buat aku hanyalah kesuksesan. Kesuksesan yang bisa membuatku berdiri di atas kakiku sendiri!” ”Apa pun yang terjadi, aku tidak mau bergantung kepada siapa pun, apalagi bergantung kepada laki-laki!” “Aku suamimu, Ayana!” tegas Atlantis. Berbeda dari Ayana yang belum memakai pakaian, dan hanya menutupi tubuh menggunakan selimut. Atlantis sudah memakai celananya. Hanya tinggal singlet putih dan kemeja panjang warna maroon-nya saja yang belum Atlantis pakai. “Aku suamimu, bukan sembarang laki-laki dan aku akan bertanggung jawab, apa pun yang terjadi!” “Tiga bulan lagi kamu akan menikah, Mas!” “Jangan berpikir aku begitu rakus kepada harta dan kekuasaan! Alasanku tidak mau memiliki hubungan lebih dengan Mas. Karena Ayah sudah menceritakan, sebelumnya!” “Bahwa tiga bulan lagi, Mas akan menikah! Aku tidak mau jadi orang ketiga, apalagi menjadi alasan Mas melukai calon Mas!” Berbeda dari sebelumnya, balasan Ayana yang kali ini sukses membuat Atlantis bungkam. Bungkamnya Atlantis sudah lebih dari cukup menjadi jawaban untuk Ayana. Segera Ayana beranjak dari sana. Mengemasi penampilan secara asal. Ia memakai pakaian kemarin malam. Kepergian Ayana yang tampak melangkah dengan sewajar mungkin, Atlantis lepas dengan putus asa. Kondisi yang membuat Atlantis makin tak karuan ketika ekor pandangannya tak sengaja mendapati jejak cairan di seprai bekas Ayana duduk. Jejak cairan darah yang bercampur dengan cairan lain milik Atlantis. * Sandiwara pernikahan, benar-benar usai menyisakan ibu Sharmila yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di penjara. Walau Atlantis dan Ayana kompak melanjutkan sandiwara mereka. Sandiwara yang keduanya jalani justru untuk versi mereka yang menghapus hubungan mereka. Atlantis apalagi Ayana sepakat merahasiakan hubungan satu malam yang mereka jalani kemarin malam. Kini, bersama sang ibu, Ayana melepas kepergian pak Supri dan Atlantis. Semuanya sudah kembali ke posisi masing-masing. Ayana ditinggal di kampung bersama sang ibu. Serta pak Supri yang sudah kembali menjadi sopir Atlantis. Di antara sisa hujan kemarin malam dan membuat sana sini basah, Ayana dan ibunya tersenyum kepada warga yang masih rewang di rumah. Tak ada yang tahu, bahwa Ayana dan Atlantis sudah mengakhiri pernikahan dadakan dan sifatnya memang formalitas. Yang mereka takut, Atlantis sudah harus kembali dinas, dan pak Supri yang mengantarnya. “Kok sakit, ya?” batin Ayana ketika dirinya yang tengah mengucek seprai miliknya, dihadapkan pada jejak percintaan penuh gairah miliknya dan Atlantis. Ayana mengucek jejak di seprainya itu dengan hati-hati. Ayana pastikan, tak ada tetangga maupun ibunya yang melihatnya. Perkara melangkah pun, Ayana berusaha melakukannya dengan sewajarnya. “Sakit. Sakit banget dan rasanya pinggang maupun punggung aku kayak mau copot. Namun, aku tidak boleh membuat orang-orang curiga,” batin Ayana lanjut mengucek seprai sekaligus pakaiannya yang lain, di kamar mandi sebelah dapur. Di dapur kediaman orang tua Ayana, ibu-ibu yang kembali datang untuk rewang membereskan sisa kemarin, baru akan pulang. Sisa syukuran sekaligus makan-makan, sudah beres semua. Sebagian makanan juga dibagi rata. Ibu Lastri hanya menyisakan sedikit karena di rumah, tinggal dirinya dan Ayana. “Berarti, Ayana bakalan jadi orang Jakarta yah, Bu Lastri?” ucap seorang ibu-ibu sambil melongok punggung Ayana. Di dalam kamar mandi dan pintunya masih dibuka sempurna, Ayana duduk di jengkok sambil sibuk mengucek. Ibu Lastri yang tahu sandiwara pernikahan anaknya, langsung kikuk. Ia tersenyum kemudian mengangguk-angguk. Apalagi lusa, Ayana dan dirinya memang akan ke Jakarta. Tentu saja, tujuan mereka akan beda dari pak Supri dan Atlantis. Pak Supri suami ibu Lastri, kembali jadi sopir pribadi Atlantis. Namun, Ayana yang tetap belum tahu identitas asli Atlantis, sudah meminta. Agar baik pak Supri maupun ibu Lastri, untuk langsung berhenti bekerja, setelah Ayana kerja. Ayana bertekad mengambil tanggung jawab keluarganya. Tekad Ayana untuk berkarier dan mengangkat derajat keluarga, sudah bulat. “Oh iya ... si mas Atlantis kan kerja di Jakarta. Kalau gitu, aku enggak akan cari kerja di Jakarta. Aku akan cari kerja di Bandung saja,” pikir Ayana makin mantap dengan rencananya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN