71. Sangat Bahagia

1722 Kata

“Pelan-pelan, enggak usah buru-buru.” Suara lembut Dika yang penuh perhatian, mengusik keheningan. Ibu Dini yang sedang duduk santai di sofa ruang keluarga lantai bawah, refleks menoleh ke sumber suara. Suara barusan terdengar dari anak tangga di lantai atas. “Bikin kopi malam-malam, bahaya enggak sih?” ucap Pak Levian yang baru saja datang. Pak Levian keluar dari lorong dapur berada sambil membawa dua cangkir kopi yang ia taruh di nampan. Namun karena Ibu Dini yang memegang majalah perempuan justru ia pergoki menengadah, mengawasi apa yang ada di atas sana. Ia juga jadi ikut kepo. Dika yang masih memakai pakaian kerja, tampak menuntun Rara. Tas Rara, juga Dika tenteng menggunakan tangan kiri. Penampilan keduanya membuat Pak Levian maupun Ibu Dini yakin. Bahwa Dika dan Rara akan pergi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN