“Jangan menghindar, tuan Sebastian. Katakan, kamu sekarang bersama siapa?” Louisa menurunkan ponsel lalu mengganti mode panggilan dengan video call. Wanita itu menunggu cukup lama—lebih dari lima detik. Louisa menghitung dalam hati, sampai kemudian dia bisa melihat wajah papa Ellio yang tersenyum miring. Louisa diam. Sepasang mata wanita itu mengedip. “Apa aku harus sering pergi ke luar kota untuk mendengar calon istriku cemburu?” Sebastian menghembuskan napas. Pria itu menatap lekat wajah yang terlihat di layar. “Aku senang mendengarmu cemburu, Baby.” Louisa mendelik. “Di mana perempuan itu?” “Kamu tahu susahnya mendapatkanmu, Nona Louisa. Aku tidak sebodoh itu sampai mencari perempuan lain. Jangan khawatir. Aku hanya akan menjadi milikmu.” Senyum di bibir Papa Ellio perlahan pudar ke