Hari yang Sebastian nanti-nantikan akhirnya tiba. Apakah dia semalam bisa tidur nyenyak? Jawabannya adalah tidak. Dia hanya menghuni ranjangnya. Berpindah posisi setiap beberapa puluh menit sekali. Matanya terpejam, namun otaknya tidak berhenti bekerja hingga membuat alam mimpi enggan mendekat. Alhasil, ketika pagi tiba—MUA yang bertugas untuk merias Berta, harus sedikit menggunakan keahliannya menghilangkan kantung mata sang calon pengantin pria. Jangan salahkan Sebastian. Pria itu sudah cukup lama menduda. Dia bahkan harus kembali menghafal janji pernikahan yang harus diucapkan. Meskipun pernikahan kali ini bukan yang pertama, tapi, rasa tegang yang dia rasakan justru berkali lipat. Entah mengapa. Sebastian berdiri sambil sesekali menarik napas panjang, lalu membuka sepasang bibirnya