17. Pagi yang sempurna.

1275 Kata

Marco duduk termenung sambil memandangi foto seorang gadis manis berambut pendek yang tersenyum cerah. Matanya seperti matahari, begitu cerah dan menghangatkan. Jangan lupakan gigi kelinci yang dulu sering jadi bahan ejekan laki-laki itu. Jika dunia ini adil, maka seharusnya mereka sekarang masih bersama. Jika dunia adil seharusnya semua tragedi mengerikan di masa lalu tidak perlu terjadi. Sebutir air mata menetes di pipi laki-laki itu dan segera saja di usapnya. Tidak ada waktu untuk menangis, atau kembali meratapi luka. Semua itu tidak akan bisa mengembalikan gadis manis itu kembali dalam pelukannya. Getaran benda pipih di kantong jaket yang dikenakannya membuyarkan segala lamunan laki-laki itu. “Aku sudah di Jakarta sekarang, ikuti terus mereka. Aku akan segera pindah ke Bandung da

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN