Bertanya pada hati yang sedang begitu terluka, membuat Marchel terjebak dalam kesendiriannya. Di dalam ruangan dengan pintu besar berwarna putih itu istrinya sedang berjuang. Sedangkan dia hanya mampu duduk lemas menunggu di ruang tunggu sambil menatap nanar ke arah pintu. Pintu yang biasa dia masuki ketika bertugas menjadi Dokter itu, entah kenapa sekarang terlihat begitu menyeramkan. Tiba-tiba saja gelak tawa Carol, senyum manjanya dan bau harum tubuh wanita itu membuat Marchel begitu merindu. Masih dia ingat dengan jelas pagi tadi sebelum berpamitan untuk pergi. “Hati-hati calon papa, pulang jangan kemalaman yah nanti kami rindu.” Ucap Carol dengan binar mata yang begitu indah, senyumnya melengkung sempurna tidak ketinggalan kecupan mesra yang tidak biasanya mendarat di bibir. Biasa