Malam semakin larut, tapi Jery masih terjaga. Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya berkelana ke berbagai arah. Sudah berulang kali ia membalikkan badan, mencoba menemukan posisi tidur yang nyaman, namun tetap saja matanya enggan terpejam. Bukan hanya karena kesunyian yang mengganggu, tapi ada sesuatu yang terus mengusiknya. Pikirannya dipenuhi oleh sosok Hani. Jery mengembuskan napas panjang. Sudah sejak tadi ia berusaha menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi semakin ia menahan, semakin kuat dorongan itu. Akhirnya, tanpa pikir panjang, ia turun dari kasur. Langkahnya menuju pintu terasa ragu-ragu, seolah ia masih memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk berubah pikiran. Tapi pada akhirnya, tangannya tetap meraih kenop pintu