7. The Wedding

1030 Kata
Pernikahan Camelia dan Narendra diselenggarakan di Hotel Raffles. Hotel yang juga menjadi pilihan salah satu pasangan artis terkenal. Karena hotel ini tergolong mewah dan mampu menampung hingga 3500 orang. Banyak kolega bisnis yang hadir, bahkan beberapa artis dan pejabat turut mendo'akan pernikahan mereka berdua. Dua kerajaan bisnis yang bersatu, mungkin bagi sebagian orang ini adalah pernikahan bisnis. Tapi bagi Narendra, ini adalah pernikahan atas dasar cinta. Berbeda lagi bagi Camelia, ini pernikahan balas dendam. Pernikahan adalah impian bagi setiap pasangan yang menjalin hubungan, begitupun dengan Narendra. Dia melakukan yang terbaik untuk pernikahannya dengan Camelia. Dekorasi mewah dengan taburan bunga. Pasangan serasi yang tampan dan cantik bak negeri dongeng. Narendra menunggu dengan tatapan menanti kala melihat calon istrinya berjalan menujunya. Camelia dengan gaun off shoulder berwarna broken white bertaburan swarovski, wajahnya tertutup veil dan tersenyum menatap Narendra sambil terus melangkahkan kaki. Angelina, ibu dari Narendra terlihat menitikkan air mata haru. Sedangkan ayah dari Narendra, Samuel, terlihat merangkul sang istri. Sebagai orang tua, mereka tentu terharu menyaksikan upacara pernikahan putra mereka. Rachel masih terlihat tidak suka, lebih tepatnya tidak rela keponakannya itu menikah dengan Narendra. Di sampingnya terlihat Kate, yang turut bahagia melihat sepupunya menikah. "Saya Narendra Devanka bersumpah untuk selalu mencintai istri saya, Camelia Thalita Chandra, dengan sepenuh hati saya. Saya akan membuat istri saya selalu bahagia dan tidak akan pernah membuatnya menangis." Narendra mengucapkan sumpah pernikahannya begitu tegas dan tanpa keraguan sedikitpun. Tiba giliran Camelia mengucapkan sumpah pernikahannya, namun dalam hatinya dia memohon maaf pada Tuhan karena telah berbohong. Meskipun Camelia tahu, Tuhan mungkin tidak akan memaafkannya. "Saya Camelia Thalita Chandra, berjanji untuk selalu mendampingi suami saya, Narendra Devanka, dalam suka maupun duka. Saya tidak akan meninggalkan suami saya apapun yang terjadi." Yang terjadi selanjutnya adalah, sebuah ciuman romantis. Janji Narendra untuk mencium Camelia pertama kali di altar dia tepati, setelah wanita yang ia cintai sudah resmi menjadi istrinya. Sebelumnya mereka tidak pernah berciuman meski sepasang kekasih. Camelia hanyut dalam ciuman Narendra, begitu lembut dan tak menuntut seperti Nial. Ah, bahkan di hari pernikahannya dengan Narendra nyatanya Camelia malah memikirkan Nial. Setelah upacara pernikahan, Camelia dan Narendra berganti pakaian untuk menyapa tamu undangan yang hadir. Terlihat beberapa rekan kerja dan sahabat Narendra sedang menikmati hidangan. "Hai, Camelia. Kamu cantik sekali hari ini!" puji Louis. "Ah, benarkah?" Camelia memegangi pipinya. "Terima kasih atas pujiannya, Louis." "Wanita cantik ini istriku, jadi kalian jangan ada yang menganggunya!" Narendra memperingatkan, yang membuat beberapa temannya tertawa kecil. Melihat Camelia hari ini, Louis semakin yakin bahwa wanita yang ia lihat di dalam mobil kala itu adalah istri sahabatnya. Tapi kenapa Camelia bersama pria lain? Sedangkan Narendra lebih percaya Camelia daripada Louis, sahabatnya. Acara demi acara telah dilangsungkan. Dokumentasi juga sudah dilakukan. Tiba waktunya istirahat untuk pengantin baru. Narendra jelas melihat Camelia kelelahan karena berdiri hampir seharian. "Aku ingin segera beristirahat," bisik Camelia, tepat di telinga suaminya. "Aku ingin segera ke kamar," goda Narendra, dengan balas berbisik. Camelia pun meninju pelan lengan suaminya karena telah mengodanya. *** Narendra dan Camelia sudah di kamar mereka. Tak tanggung-tanggung, Raffles Suite menjadi pilihan keduanya, yang tarifnya mencapai 180 juta per malam. Kamarnya begitu luas dengan view yang menakjubkan. Camelia lebih dulu mandi karena ingin segera menyegarkan badannya. Dia berendam dalam bathtub. Tak bisa dipungkiri, dia sedang gugup dan berdebar saat ini. Ia dan Narendra sudah sah menjadi suami istri, namun rasanya Camelia tak rela jika Narendra menyentuhnya. Bukan, bukan karena ia pernah disentuh Nial. Dia juga belum pernah melakukan hal lebih selain berciuman dengan kekasihnya itu. Tapi karena Camelia ingin menikah dengan Nial, bukannya Narendra. Tentu saja Camelia juga mendamba Nial yang pertama kali menyentuhnya. Menghabiskan waktu lebih dari 30 menit, Narendra sama sekali tak melayangkan protes pada sang istri. "Sudah mandinya, Camelia?" tanyanya lembut. "Sudah." Camelia segera menuju walk in closet mengganti pakaiannya setelah memastikan Narendra masuk kamar mandi. 'Apa aku harus pura-pura tidur agar Narendra tidak menyentuhku?' batin Camelia. Setelah meyakinkan keputusannya, Camelia menaiki ranjang berukuran king size itu dan memejamkan matanya. Dia bisa merasakan debaran jantungnya yang saat ini tidak bisa dikendalikan. Berusaha untuk cepat tertidur, nyatanya tak mudah bagi Camelia. Bahkan sampai suaminya selesai mandi, dia juga belum terlelap. Ia berusaha tetap tenang dan terlihat tidur saat merasakan ada seseorang turut naik ke atas ranjang. Narendra mencium kening Camelia. "Good night, honey." 'Apa dia membiarkan aku tidur?' tanya Camelia, dalam hati. Perlahan dia sedikit membuka matanya, terlihat Narendra sudah memejamkan mata. "Aku tahu kamu lelah. Aku tidak akan memaksamu, Camelia. Istirahatlah!" kata Narendra, namun dengan mata terpejam seolah tahu Camelia sedang menatapnya. Namun hal itu tetap saja mengejutkan Camelia, berarti Narendra tahu jika Camelia hanya pura-pura tidur. "Apa kamu tidak marah padaku, Rendra? Seharusnya ini kan malam pertama kita." Narendra membuka matanya kemudian memiringkan badannya menghadap pada Camelia. "Kamu ingin melakukannya malam ini?" Narendra bertanya balik. Camelia menelan salivanya mendapat pertanyaan itu dari Narendra, dan wajahnya terlihat menegang. Hal itu sontak membuat suaminya tergelak. "Aku bercanda, Sayang. Tidurlah!" Narendra menarik Camelia dalam pelukannya. "Aku hanya akan memelukmu malam ini." Camelia akhirnya turut terkekeh mengusir kegugupannya. Kemudian turut memejamkan mata dalam pelukan suaminya. Nyaman, perasaan itu yang dia rasakan ketika berada dalam dekapan Narendra. Tidak, tidak boleh! Camelia segera mengusir perasaan yang tidak seharusnya itu. Tidak boleh ada rasa kenyamanan yang hinggap di hatinya. Saat Camelia telah terlelap dan berada di alam mimpi, Narendra membuka kelopak matanya. Dipandanginya wajah sang istri yang terlihat begitu damai. Dalam hatinya ia sedikit kecewa. Tentu saja, hati suami mana yang tak merasa kecewa saat mereka harus melewatkan malam pengantin yang begitu dinanti-nantikan. Sebagai seorang suami, Narendra tidak mau menjadi egois dan memaksa istrinya yang terlihat begitu lelah. Dia lebih memilih untuk menahan hasratnya daripada menyakiti Camelia. Ia tersenyum dan membelai wajah istrinya. "I love you, Camelia Thalita Chandra." Tak lama berselang menyusul Camelia ke alam mimpi. *** "Good morning!" Camelia membuka matanya dan terlihat Narendra sedang menyeruput kopi dengan balutan bathrobe. Sang suami menatap ke arahnya dengan tersenyum manis dan ucapan selamat pagi. "Kamu sudah bangun?" Camelia bertanya balik seraya merenggangkan otot-ototnya. "Sudah." Narendra menaruh gelas kopinya dan mendekati istrinya yang ada di atas ranjang. "Yesterday was amazing night!" "Hm? Maksudmu?" sahut Camelia, dengan kerutan di dahinya karena tak mengerti dengan ucapan Narendra. Matanya seketika membola dan menyingkap selimut yang menutupinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN