6. Fake Smile

1029 Kata
Tut tut tut! Panggilan telepon terputus kala Narendra mendengar seorang pria yang mengangkat telepon Camelia. Narendra segera melakukan panggilan ulang, namun ponsel Camelia malah tidak Aktif. "Ada apa, Rendra?" tanya Louis, yang menyadari perubahan ekspresi temannya. "Ponsel Camelia tidak bisa dihubungi," jawab Narendra, yang masih terus mencoba melakukan panggilan telepon pada kekasihnya. "Jangan-jangan Camelia benar berselingkuh," celetuk Heri. "Jaga ucapanmu! Aku dan Camelia akan menikah, tidak mungkin dia berselingkuh!" Nada Narendra meninggi tak terima dengan ucapan Heri. Sementara Louis dan dua temannya yang lain menenangkan Narendra, sedangkan Heri malah terkekeh tanpa dosa. "Sepertinya aku harus menghampirinya." Narendra berdiri dan meraih kunci mobil. Tanpa memperdulikan teman-temannya, dia bergegas mengambil langkah panjang menuju pintu keluar restoran. Di dalam mobil Narendra masih mencoba menghubungi kekasihnya. Dia mengendarai Range Rover miliknya seperti orang kesetanan. *** Narendra menekan bel tak sabaran. Kemudian muncul Kate yang membukakan pintu rumah. "Ada keperluan apa?" Kate melihat Narendra dari atas sampai bawah, dia tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah calon suami sepupunya. "Apa Camelia ada di dalam? Bolehkah aku masuk?" Narendra menatap penuh harap pada Kate. Kate mengangguk dan membuka pintu semakin lebar. "Silahkan." "Terima kasih," sahut Narendra seraya mengangguk singkat. "Camelia ada di kamarnya." Seolah menjawab pertanyaan Narendra yang belum sempat pria itu lontarkan, Kate sudah lebih dulu memberitahu. Narendra berterima kasih pada Kate dan segera menaiki tangga, menuju kamar Camelia. Dia mengetuk pintu beberapa kali, dan langsung membukanya. Gadis yang ia sayangi itu terlihat tertidur dengan selimut menutupinya hingga leher. "Camelia!" Narendra segera mendekati Camelia dengan panik. "Ada apa denganmu?" Mendengar namanya terpanggil, kelopak mata Camelia pelan-pelan terbuka. "Rendra, kamu disini." "Apa yang terjadi?" Camelia malah terkekeh, wajahnya memerah, sepertinya dia kebanyakan minum. "Aku dan temanku minum banyak sekali. Sampai-sampai aku tidak sadar dan diantar oleh seseorang untuk pulang." Narendra menghela napas panjang. "Apa dia seorang pria?" Camelia memutar bola matanya seakan mencoba mengingat. "Mungkin?" "Astaga, Camelia." Narendra meraup wajahnya kesal. "Lain kali jangan minum terlalu banyak. Aku tidak suka pria lain mengantarmu pulang. Bagaimana jika dia berbuat macam-macam padamu?!" Lagi-lagi Camelia terkekeh geli, melihat Narendra yang begitu cerewet. Akhirnya Narendra pun membiarkan Camelia untuk kembali tidur. Setelah memastikan calon istrinya terlelap, ia pun meninggalkan kamar Camelia. Di ruang tengah, Narendra kembali bertemu dengan Kate. "Apa Camelia diantar oleh seorang pria?" Narendra sepertinya masih penasaran dengan apa yang dikatakan oleh temannya, Louis. Terlebih saat dia menelepon Camelia, malah suara pria yang terdengar. "Ah, maaf aku tidak tahu, Rendra. Aku tidak melihat Camelia diantar pulang oleh siapa." "Oh, begitu. Baiklah, terima kasih, Kate. Maaf mengganggumu." Narendra pun berpamitan pada Kate. Sebelum pergi dia memindai ruangan, tak terlihat Rachel sejak tadi ia datang. Apa mungkin Rachel sudah tidur, atau sedang berada di luar? Di dalam kamarnya, Camelia menyibakkan selimutnya. Dia yakin jika Narendra sudah pergi. "Hampir saja!" gumamnya. Camelia menyadari bahwa Louis melihatnya di dalam mobil bersama Nial. Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik, sebelum akhirnya mobil Nial melaju. Akhirnya acara makan malamnya dengan Nial pun batal, dan Camelia langsung minta diantar pulang. Sampai di rumah, dia menenggak beberapa minuman beralkohol yang di simpan bibinya. Sebenarnya dia tidak semabuk itu, namun Camelia harus berakting di depan Narendra. Dan ia berhasil. *** Satu bulan sebelum hari pernikahan. Hubungan Narendra dan Camelia baik-baik saja, bahkan mereka berdua kini sedang melakukan fitting baju pengantin. "Camelia, ini undangan kita. Apa kamu menyukainya?" Narendra memberikan undangan berwarna keemasan pada Camelia. Di depan undangan terpampang jelas nama Camelia & Narendra. "Aku suka." Camelia membuka amplop undangan itu dan tertulis jelas nama lengkap keduanya beserta orang tua mereka. Camelia Thalita Chandra Putri dari pasangan David Chandra dan Nina Elvina. & Narendra Devanka Putra dari pasangan Samuel Devanka dan Angelina Sonya Camelia meraba nama kedua orang tuanya yang tertulis di undangan. Andai saja mereka masih hidup dan bisa melihat dirinya menikah. Tentu saja dia tak perlu menikah dengan Narendra, namun dengan pria pilihannya sendiri. "Camelia," panggil Narendra. "Kamu kenapa?" "Aku rindu orang tuaku." Camelia akhirnya benar-benar menangis. Narendra meemeluk Camelia untuk menenangkannya. Sedangkan Camelia merutuki dirinya yang entah kenapa hari ini begitu lemah. Menahan air mata saja dia tidak bisa. "Aku yakin mereka turut bahagia di atas sana, melihatmu menikah dan berbahagia." Camelia tak menjawab ucapan Narendra. Dalam hatinya dia tidak bahagia. Bukan pernikahan balas dendam seperti ini yang ia inginkan. Tapi kebenciannya menghilangkan akal sehatnya. "Silahkan Tuan, Nyonya." Terdengar salah satu pelayan butik mempersilahkan Narendra dan Camelia untuk mencoba jas serta gaun yang sudah mereka pesan. Jas berwarna broken white dengan celana berwarna senada menjadi pilihan Narendra. Sedangkan Camelia memilih gaun off shoulder yang juga berwarna broken white dengan taburan swarovski yang terlihat mewah dan elegan. Sepasang calon pengantin itu pun mencobanya. Narendra sudah selesai lebih dulu, dan menunggu Camelia ke luar dari ruang ganti. Narendra terpana melihat Camelia yang begitu cantik dengan gaun pengantinnya. "Apa kamu benar Camelia calon istriku?" Beberapa pelayan butik yang mendengar pertanyaan konyol Narendra pun menahan tawa mereka. "Apa maksudmu, Rendra?" "Aku kira kamu orang yang berbeda, karena kamu begitu cantik." Camelia pun tertawa kecil mendengar candaan calon suaminya. "Jadi apa ini sudah cocok?" Camelia memutar badannya memperlihatkan keindahan gaun yang ia pakai. "Gaunnya menjadi indah karena kamu yang memakainya," puji Narendra lagi. "Berhentilah, dasar penggoda!" Narendra pun terkekeh pelan. "Aku tidak sabar ingin segera menikah denganmu." Setelah mencoba pakaian mereka yang pertama, kini giliran Narendra dan Camelia mencoba pakaian kedua. Narendra memilih jas berwarna navy dan Camelia memakai gaun berwarna sama. Gaun Camelia kali ini Lace Tea Length Wedding Dress dengan panjang sampai bawah lutut. Camelia memang cantik dengan apa saja yang ia kenakan. Begitupun dengan Narendra yang terlihat cocok dengan berbagai macam model baju. Mereka berdua serasi dengan kecantikan Camelia serta ketampanan yang dimiliki Narendra. Siapapun yang melihat keduanya pasti akan berpikir seperti itu. Ciptaan Tuhan yang begitu sempurna dipertemukan satu sama lainnya. "Camelia ... rasanya aku tidak bisa berkata-kata. Bagaimana jika kita menikah saat ini juga?" Camelia dan beberapa pelayan butik yang ada di ruangan pun tertawa. "Anda beruntung Nyonya, mempunyai calon suami yang tampan dan suka bergurau. Pasti hari-hari anda akan selalu bahagia," kata salah satu pelayan butik yang bernama Maria. Camelia pun hanya tersenyum menanggapi pujian Maria. Tak ada yang tahu Camelia tersenyum penuh arti di baliknya. Memasang wajah tersenyum belum tentu bahagia, bukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN