1. A Plan

1005 Kata
"Camelia, apa kamu sudah tidak waras?! Untuk apa kamu menikahi anak dari orang yang sudah mencelakaimu dan kedua orang tuamu?!" bentak Rachel saat Camelia mengungkapkan niatnya untuk menikah dengan Narendra. "Bibi Rachel, tenanglah! Aku menikah bukan karena cinta. Aku menikah dengannya untuk membalaskan dendamku pada keluarganya!" Camelia mencoba memberi pengertian pada Rachel bahwa pernikahannya dengan Narendra merupakan bagian dari upaya balas dendamnya. "Kamu bisa membalas dendam tanpa harus menikah dengan anak Samuel itu, Camelia!" Wanita dengan rambut pendek itu duduk di sofa seraya melipat kedua tangannya di depan d**a. "Pokoknya Bibi tidak setuju dengan rencanamu!" "Bibi setuju atau tidak, aku tidak peduli! Aku sudah dewasa sekarang. Jadi, biarkan aku memutuskan sendiri apa yang harus aku lakukan!" Camelia menghentakkan heelsnya dan berbalik meninggalkan Rachel dengan raut wajah kesal. "Camelia, lebih baik kamu menikah dengan kekasihmu, Nial!" teriak Rachel sebelum Camelia membanting pintu dengan keras. Tanpa sepengetahuan bibinya, Camelia memang sengaja mendekati Narendra dan membuat pria itu jatuh cinta padanya. Sebenarnya Camelia sudah memiliki kekasih yang bernama Nial, namun entah ide gila itu tiba-tiba muncul di pikirannya. Bukannya menikah dengan Nial, Camelia malah berencana menikah dengan Narendra. Narendra adalah anak Samuel, orang yang diyakini sebagai dalang kecelakaan yang menimpa Camelia beserta kedua orang tuanya saat mereka berlibur di Korea Selatan. David dan Nina meninggal dalam kecelakaan itu, namun Camelia yang saat itu berumur 12 tahun berhasil diselamatkan. Samuel dan David merupakan teman baik, namun terakhir kali mereka terlibat perebutan sebuah tender besar. Hal itu diyakini sebagai penyebab Samuel nekat mencelakai temannya sendiri. Saat itu Camelia masih terlalu muda untuk mengerti. Dia hanya bisa menangis di peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Akhirnya dia diurus oleh Rachel yang merupakan adik ayahnya. Gold Company pun dijalankan oleh Rachel selama ini. Sesuai wasiat David bahwa adiknya yang akan mengambil alih perusahaan jika terjadi hal buruk pada dirinya. Disana juga tertulis bahwa Camelia akan mewarisi penuh Gold Company saat dia telah menikah. Di sisi lain, Camelia menikah karena ingin segera mengambil alih perusahaan David karena merasa Rachel sudah cukup menguasai selama hampir 13 tahun. "Ada apa denganmu, Camelia?" tanya Kate saat melihat Camelia sedang bersungut-sungut di dapur seraya mengambil minuman. "Tidak apa-apa, Kate." Camelia mencoba sedikit tersenyum pada anak dari bibinya itu. "Jika ada masalah, kamu bisa ceritakan kepadaku." Kate menawarkan diri untuk menjadi tempat bercerita Camelia. "Ya. Terima kasih." Camelia menaruh gelas dan berlalu menuju kamarnya. Meski mereka sepupu dan sudah tinggal bersama belasan tahun, tapi mereka tidak begitu akrab. Camelia seorang wanita yang dingin dan tegas, sedangkan Kate adalah gadis yang lembut dan mudah akrab. Kepribadian mereka tak cocok sama sekali. Kate sudah tahu sifat Camelia, jadi dia tak ambil pusing dengan jawaban singkat sepupunya. Sesampainya di kamar, ponsel Camelia berdering singkat tanda ada pesan masuk. Narendra mengiriminya pesan dan mengajaknya untuk menemui kedua orang tuanya, yaitu Samuel dan Angelina. Sudut bibir Camelia tertarik membentuk senyum sinis. Dia tak sabar mengetahui respon orang tua Narendra saat mengetahui anaknya mengencani dirinya. *** "Kamu Camelia? Oh, astaga sudah berapa lama kita tidak bertemu? Kamu sudah benar-benar sudah dewasa sekarang!" puji Samuel, saat Narendra mengenalkan Camelia. "Kamu anak dari mendiang David dan Nina?" imbuh Angelina tak percaya. "Kamu benar-benar cantik, Camelia." Ia mengusap lembut rambut Camelia. Dalam hati Camelia berdecih, merasa muak dengan akting dua manusia di hadapannya ini. Sejujurnya respon seperti ini yang diprediksi Camelia. Respon seolah tidak pernah terjadi apa-apa di masa lalu. "Bagaimana Gold Company, Camelia? Semua baik-baik saja?" tanya Samuel lagi yang membuat Camelia kembali berdecih dalam hati. 'Sangat baik meski perusahaan hampir hancur gara-gara ayahku meninggal dan tidak memenangkan tender kala itu!' Camelia menjawab dalam hati. "Sangat baik, Om." Dua kata itu yang terlontar dari mulut Camelia disertai senyum manisnya, setelah jawaban dalam hati sebelumnya lebih dulu dijawab "Panggil Ayah saja." Camelia berakting tersipu. "Ah, iya ... Ayah." Camelia sebenarnya sudah cukup muak berada disini. Jika bukan karena untuk melancarkan aksi balas dendamnya, Camelia tidak sudi datang kemari. Ke rumah orang yang sudah membuat kedua orang tuanya tewas. Angelina kemudian kembali dengan makanan ringan dan minuman. "Tidak perlu repot-repot, Tante ... eh maksudku Ibu." Camelia merasa tak sudi memanggil Samuel dan Angelina sebagai ayah dan ibunya, namun bagaimana lagi dia harus bersikap baik. "Memangnya Helena kemana, Bu?" Narendra merasa heran karena asisten rumah tangga barunya seringkali tidak terlihat. "Helena sedang tidak enak badan jadi tidak masuk," sahut Angelina. Narendra berdecak. "Dia seperti pemalas Bu, tidak seperti asisten rumah tangga kita sebelumnya." "Sudahlah, kenapa malah membahas Helena?" sergah Samuel. "Kenapa tiba-tiba mengajak Camelia kemari, Narendra? Sebelumnya bahkan kamu tidak pernah mau memberitahu perempuan yang sedang kamu kencani," lanjutnya. Narendra menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Sebenarnya begini Ayah, aku ingin mengajak Camelia bertunangan." Narendra merangkul pundak Camelia mesra dan mengutarakan maksudnya mengajak kekasihnya itu menemui kedua orang tuanya. Camelia pura-pura terkejut dan berekspresi begitu bahagia. "Narendra ... kamu serius? Kenapa kamu tidak membicarakan hal ini dulu denganku?" "Tentu saja aku serius." Narendra kemudian menggenggam tangan Camelia dan menatapnya penuh cinta. "Aku ingin kita bertunangan." "Ayah dan Ibu benar-benar turut senang mendengarnya. Iya kan, Bu?" Samuel menatap pada sang istri yang terlihat ragu. "Ah, iya. Ibu turut berbahagia untuk rencana kalian," imbuh Angelina seraya tersenyum. "Narendra, apa ini tidak terlalu cepat?" Camelia terlihat memastikan, lebih tepatnya berpura-pura. Dia tidak mau dicurigai karena memberikan respon terlalu cepat. "Tidak, Camelia. Aku memang merasa cocok denganmu." Narendra meyakinkan. "Kenapa, Camelia? Kamu tidak mau bertunangan denganku?" Dia memasang wajah memelas, namun menggemaskan. Camelia menggeleng. Tentu saja hal itu membuat Narendra serta kedua orang tuanya kebingungan apa arti gelengan Camelia. "Apa yang salah, Camelia?" Narendra tentu merasa heran mendapat gelengan dari kekasihnya. "Apa Narendra menyakitimu?" imbuh Samuel. Tapi menit berikutnya Camelia terkekeh, seperti ia berhasil mengerjai Narendra. "Aku tidak mau bertunangan dengan Narendra." Camelia menjeda. "Tapi aku ingin menikah dengannya." Dia melirik pada Narendra dengan senyum terkembang. Ucapan Camelia pun sontak mengundang tawa dari Narendra dan Samuel, sedangkan Angelina hanya tersenyum. Jujur saja, Camelia tidak mau berlama-lama untuk membalaskan dendamnya. Lebih cepat lebih baik. Ia ingin secepatnya membuat Narendra dan keluarganya menderita. "Untuk apa terburu-buru, Camelia? Kamu tidak sabar menikah denganku?" goda Narendra, sambil mengerlingkan matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN