Bisma tengah menikmati sarapannya di mobilnya sendirian. Tidak ada rasa nikmat dari setiap gigitan pada roti isi yang dia buat sendiri tersebut. Hanya untuk menghindari Destina, dia rela menyantap sarapan di dekat taman tanpa siapapun yang menemani. Lelaki itu tahu, apa yang dilakukannya mungkin memang sangat kekanakan. Tapi dia juga belum siap untuk bicara lagi dengan Destina. Saat bertemu dengan wanita itu, dia seakan tidak mampu mengucapkan satu patah kata pun. Rasa kecewa masih menyelimuti hatinya. Dia mencintai Destina tanpa batas. Hanya saja, hatinya masih tidak terima dengan penghianatan yang wanita itu lakukan. Bisma tidak menyalahkan siapapun. Dia hanya menyalahkan dirinya sendiri yang tidak memiliki waktu cukup untuk mendengarkan keluh kesah sang istri. Sehingga Destina memi