Akhirnya, home sweet home. Bukan pulang ke unit apartemen. Tapi benar-benar pulang ke rumah. Meski harus menghabiskan tiga jam perjalanan dari Rumah Sakit ke kediaman kami di Bandung, tetap saja rasanya menyenangkan. Tiba di rumah, aku langsung naik ke kasur, mengepak-ngepakkan kaki dan tangan bersamaan dengan mata terpejam. Rasanya ingin sekali langsung terlelap saja. Sementara di living room, canda tawa terdengar menyenangkan antara anak-anak bersama para buyut mereka. Tak hanya aku, Mami pun diperbolehkan pulang karena tak ada efek lanjutan yang perlu dikhawatirkan. Dan sama sepertiku, Mami pun meminta kembali ke Bandung. “Ngapain, humaira?” tanya Mas Rio seraya terkekeh. “Kangen kasur ini, Mas,” jawabku. “Minggu lalu kan kita pulang juga.” “Iya. Karena rumah sendiri sih pastinya

