Hidung kiri aku sumpal dengan tisu berhubung meler tak berkesudahan. Kulitku sampai perih karena tak henti menyeka ingus. Disumpal begini jadi lumayan aman. Tak lupa, aku juga mengenakan masker. Kedua kelopak mataku terasa begitu berat, mataku berair, dan kepalaku terasa pening. “Makan dulu, Teh,” ujar Mami. Sudah pukul satu siang. Hari kedua aku tubuhku rasanya remuk redam. Nina sekeluarga sampai kuminta jauh-jauh dariku meski kami masih tetap tinggal di atap yang sama. “Mumpung si Kembar aman tuh. Nanti kalau udah nangis, makannya ngga nikmat,” ujar Mami lagi. “Sakit begini ya ngga akan nikmat makannya, Mi,” rengekku. “Tapi kan anak-anak butuh nyusu. Masa ibunya ngga mau makan? Teteh lho nanti yang lemas, lama sembuhnya.” Kata Mami, ASI itu ajaib. Pas si Ibu sakit, air su5u jadi m

