“Mmah! Mmah!” oceh Qia pada Razka seraya menciuminya. Razka sampai bolak balik mengernyit karena ketcup basah si Teteh di seluruh wajah. “Wiwi!” “Razka.” Qia ngelihatin gue sambil gerak-gerakin bibirnya lucu, tapi ngga ngikutin apa yang gue bilang. “Wiwi,” ujarnya kemudian. Maksudnya Qia itu twiny, mungkin belum dapat selahnya gimana melafalkan nama Razka dan Razky. “Coba Teteh Qia hitung jarinya adik Razka ada berapa?” “Wan, paip, wan, paip,” ocehnya lagi. Gitu aja terus sampai kelar itu sepuluh jari dia hitung. Ampun, sakit perut gue. Reina keluar dari kamar mandi sambil ngekek, pasti gara-gara dengar ocehannya Qia juga. “Teteh ngitungnya kenapa cuma dua angka?” tanyanya geli. Benar kan praduga gue. “Wiwi. Ebbo,” sahut Qia, lalu mengusap mata dan wajahnya. Yah, ngantuk pasti deh.

