“Mas?” Gue menoleh, tersenyum pada istri gue yang wajahnya terus nampak lelah. Kata Mami, kalau sudah begitu berarti hari kelahiran bayi kembar kami sudah teramat dekat. Jujur, gue nervous parah. Reina melingkarkan kedua tangannya di pinggang gue. Kalau dulu sebelum hamil, ia biasa melakukan itu dari balik punggung, sekarang peluk gue dari samping aja bisanya. “Mami udah datang, humaira?” “Belum, Mas. Mau beli bubur dulu kata Mami.” “Kamu kepingin bubur?” Ia mengangguk. “Mas ngga siap-siap?” Tak langsung menjawab, gue kembali menatap lurus ke depan. Merekam situasi kamar kedua putra kami di benak gue. Ruangan ini bertema celestial, tapi ngga full gelap. Dua cribs kayu berwarna natural diletakkan saling tegak lurus, berlatar belakang wall mural langit bertabur bintang yang diberi l

