“Papa Gi!” seruku begitu wajah teduh sulung Pranata itu tertangkap titik pandangku. Sudah pukul 22:45 WIB saat aku dan Daddy Max melangkah keluar dari terminal kedatangan internasional Soekarno-Hatta airport. Badanku lumayan lelah, mungkin karena setelah beberapa bulan tak berpergian sejauh ini. “Jangan tidur, Teh. Masuk mobil dulu atuh,” ujar Papa Gi saat aku terlalu nyaman memeluknya. “Kirain Papi yang mau jemput.” “Papi dan Mami ada di rumah. Papa Gi ada undangan ngga jauh dari sini. Sekalian aja jemput.” “Berarti nginep di rumah Papa Gi dulu?” “Iya.” “Oke.” Kami pun masuk ke dalam SUV-nya. Daddy Max duduk di kursi kopilot, sementara aku di jok tengah. Meski begitu, wajahku menempel di lengan Papa Gi. “Kenapa, Teh?” “Papa Gi punya mangga apa?” “Mangga Thailand.”

