Abbu tersenyum dan berusaha menggapai telapak tangan Amoun-Ra. “Aku disini, Kek. Ini tanganku,” ujarnya seraya paham dengan keinginan sang Kakek. Dia ikut menggenggam erat dan mengecupinya berulang kali. “Dulu … kami mendengar bahwa putra dan putri kami meninggal. Dan kami hanya melihat jasadnya sudah terkubur di makam yang pernah kau kunjungi,” ujar Abbu berbicara dengan nada jelas bahkan tidak terbata sedikit pun. Amoun-Ra tidak berekspresi apapun. Ia tidak mau memotong topik pembicaraan yang tidak ia ketahui selama ini. Karena dia tidak tahu apa yang sudah Ibu lakukannya dulu terhadap jasad almarhum kedua mertuanya. “Kami hanya bisa menangis. Orang-orang itu tidak memberi jawaban dan mengatakan kalau Jasmine berada di tangan orang yang tepat.” Abbu tidak berhenti menitikkan air mata