Lyra mengamati Dewangga dari jendela kamarnya. Suami Lyra itu saat ini tengah duduk di bangku yang berada di tengah taman dengan tatapan mengarah pada langit malam. Senyum kecil terukir di bibir Dewangga ketika melihat bulan yang saat ini hampir bulat sempurna. Tampak sekali bahwa suami Lyra itu menyukai pemandangan langit malam. Kalau boleh jujur sih, Lyra sebenarnya kesal dengan Dewangga karena tidak mau mengatakan apa-apa mengenai perempuan di lukisan di ruangan yang ada di perpustakaan. Namun, setiap kali Lyra ingin marah-marah, entah bagaimana Dewangga selalu bisa membuat Lyra lupa jika dirinya marah. Seperti tadi ketika makan siang. Kemarahan Lyra luruh begitu saja setelah Dewangga menawarinya mie rebus. Lyra jadi lupa jika dirinya tengah kesal kepada Dewangga. Saat ini pun sama.