Lyra duduk di depan meja riasnya. Matanya melirik ke arah lemari pakaian yang berada di sisi kirinya. Rasanya Lyra ingin sekali mengambil buku jurnal milik Dalimah yang ia sembunyikan di sana lalu membacanya. Namun, keberadaan Dewangga di kamar saat ini membuat Lyra tidak berkutik. Lyra harus menahan diri untuk saat ini. Jangan sampai ketahuan oleh Dewangga. “Kamu nggak apa-apa?” tanya suara dari arah belakang Lyra. Pertanyaan Dewangga itu membuat Lyra menatap suaminya dari pantulan cermin di depannya. Sontak saja Lyra menganggukkan kepala. “Nggak apa-apa,” jawab Lyra seraya berbalik untuk menghadap ke arah Dewangga. “Apa kamu khawatir kalau luka di dahi dan lehermu itu akan berbekas?” “Nggak,” kata Lyra. “Aku sama sekali nggak mengkhawatirkan hal itu. Aku nggak masalah kok, kalau