Azkia berjalan mondar-mandir dan akhirnya duduk di tepi tempat tidur. Ancaman Elvano kemarin siang membuatnya resah sampai ia melupakan semuanya termasuk makan. Dia tidak ingin menyakiti hati Fattan, tetapi dia pun tidak bisa diam saja dan membiarkan Elvano memorakporandakan pernikahannya dengan Fattan. Cahaya jingga masih menghias langit sore ketika Fattan pulang. Emosi Fattan yang terombang-ambing oleh tindakan Elvano beberapa jam yang lalu masih melekat dalam dirinya. Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan semua itu dari Azkia. Fattan tidak ingin menambah beban Azkia. Dia mengecup lembut pipi Azkia yang sedang duduk di tepi tempat tidur. “Kamu bilang akan pulang telat, kok sekarang sudah pulang?” tanya Azkia. “Tidak jadi. Meeting-nya dipercepat.” Fattan melepaskan jas abu-abunya,

