“Saya sudah selesai.” Menyadari atmosfer di restoran itu sudah tidak lagi romantis, Azkia menyudahi sesi makannya. Fattan meneguk wine-nya sekali lagi dan untuk yang terakhir. Dia kemudian meletakkan gelas wine tepat di sisi piring. “Baiklah. Kita kembali ke vila.” Fattan bangkit dari duduknya lalu berjalan mengitari meja menuju ke kursi Azkia. Entah apa yang sedang dipikirkannya, pandangan Fattan kembali tertarik ke arah Elvano dan wanita yang disebut tunangannya. Di saat yang bersamaan, wanita yang duduk berhadapan dengan Elvano menoleh ke samping ke arahnya. Tatap mereka pun berserobok. Sebersit rasa sakit menghujam d4d4 Fattan dan mencabik-cabiknya. Namun, Fattan segera membuang muka. Azkia adalah hidup dan cintanya, bukan yang lain apalagi masa lalunya. Setelah menarik kursi Azkia

