“Apa yang terjadi pada Azkia bukan urusan saya.” Penegasan Fattan membuat Danu diam. Sampai mereka masuk ke lift, Danu meneruskan diamnya. Dia tidak ingin dianggap mencari muka karena mengadukan soal Azkia pada Fattan. Namun, Danu kembali dibuat gelisah oleh pesan singkat yang diterimanya ketika mereka tiba di lantai delapan. Ragu-ragu untuk menyampaikan, tetapi Danu tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan. Dengan terpaksa Danu kembali mengumumkan sesuatu yang tidak mengenakan hati Fattan. Akan tetapi, Fattan yang melihat Danu bertingkah seperti orang bingung akhirnya menegur pria itu lebih dulu. “Kamu kenapa, Dan?” Fattan bertanya sambil menyipitkan mata. “I-ini, Pak.” Air muka Danu tampak menegang. Suaranya pun terdengar gugup. “A-anu, Pak. Bu Azkia. Bu Az—“ “Apa tidak ada topik l

