Kosong, itu yang Aksa rasakan saat ini. Ia tertawa hambar setiap kali teringat ucapan Kananya. Aksa menyadari semua kesalahan yang pernah ia lakukan, termasuk kebohongan yang sengaja ia tutupi agar Elea tidak terus khawatir. Berbohong demi kebaikan, itu rencana awal namun ternyata kebohongan itu justru membuat keadaan semakin kacau. Jika saja ia tahu akan berakhir seperti ini, mungkin sedari awal ia akan memilih jujur dan meminta bantuan keluarga Elea, daripada bersikap seolah mandiri namun akhirnya justru membuat keadaan semakin kacau.
Seberapa banyak pun ia menghabiskan minuman untuk mengalihkan rasa tertekan yang ia alami saat ini, namun nyatanya kalimat yang terlontar dari bibir Kanaya tetap saja tidak mampu lenyap dari pikirannya.
Kepalanya terasa berat, namun tidak kunjung membua
