Aku tidak suka melihat Anggia menderita seperti sekarang. Sekalipun wajahnya terap ceria dan mulutnya tetap membuat telingaku berdengung, tapi aku tahu bahwa berada di kursi roda dan masih belum bisa melakukan banyak hal apalagi kuliahnya terpaksa harus cuti selama penyembuhan pasti membuatnya menderita. Anggia memang tidak mengatakannya karena aku yakin dia tidak mau aku berpikir terlalu banyak. Tapi aku bisa merasakannya. “Mas ambilin makan dulu, kamu disini aja oke.” Ucapku lembut setelah mendudukannya di sofa. Wajahnya masih memerah setelah aku memandikannya beberapa menit lalu. Lucu sekali bukan? Sepanjang aku memandikannya dia tidak berani menatap wajahku. Padahal aku tidak ada niatan apapun memgingat kakinya masih sakit. Tapi melihatnga malu-malu begitu benar-benar sangat menggema