Semakin indah, itu yang aku rasakan pada hari-hariku belakangan ini. Mas Raka yang semakin manis, kak Davin yang sering menemaniku dan mendengarkanku bercerita, serta ayah yang walaupun sampai sekarang belum mau menemuiku tapi mendengarnya menyelamatkan nyawaku membuat segala beban yang aku tanggung selama ini seperti berkurang. Kehadiran mas Raka seperti membuka segalanya, seolah Tuhan sedang memberitahuku bahwa super hero yang aku tunggu selama ini telah datang. Mulai sekarang aku tidak lagi memanggilnya om sekalipun hanya dalam hati saja, karena ku pikir-pikir panggilan mas lebih manis dan mas Raka suka aku memanggilnya begitu. “Ngobrol apa tadi?” Tanya mas Raka dengan wajah datar. Tadi dokter Fabian memang mengajakku mengobrol setelah aku selesai pemeriksaan. Hanya obrolan ringan untu